Rabu, 09 Desember 2015

Apa Kabar Tri Bulanan ini?

Dinamis, Seru dan Warbyasah kehidupan panggilan di Wedi kalau kata orang kekinian saat ini.
Saya sendiri merasa tidak menduga, bagaimana hidup dalam berpastoral di Paroki. Karena kalau beneran mau menyelam dan mengambil airnya bisa lho hidup kita gak kerasa karena  waktu yang dibutuhkan banyak sekali dan menghabiskan hidup sama sekali.  Enjoy dan senang pastinya melihat progress  yang membaik dan berkembang. Sedih dan ngenes  juga melihat ketidak adanya dukungan dan keapatisan mereka yang berpikiran kolot dan mau cari untungnya sendiri. Saya percaya apa yang dikatakan oleh Gamaliel, Surat Rasul Paulus 5:38-39, "Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap,  tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah".
Biarlah mereka yang sungguh sungguh melayani Allah dan tidak mempunyai kepentingan apa-apa tetap bertahan dan mamu membagikan cinta Allah lebih jelas dan seksama.




Dinamika umat di Wedi sudah cenderung mandiri dan dewasa. Perlu diingat Paroki ini sudah tua dan sepertinya bisa jalan sendiri tanpa perlu pemimpinnya kalau memang terpaksa tidak ada (bagian parahnya seperti itu hehehe). Semua kebutuhan pelayanan sudah ada di sini. Mulai dari tumbuhnya berbagai paguyuban hingga seringnya tiap tiap lingkungan mengapresiasi perkembangan umat dengan caranya sesuai kebutuhan. Pokokknya mutakhir deh. Saya sendiri merasakan ketika umat lingkungan berbondong bondong melakukan ziarah bersama. Semangat dan niat yang jelas dari mereka mengajak supaya iman ini mau tidak mau harus berkembang. Tuntutan kebutuhan untuk berdoa, sharing  membawa umat pada kehausan menerima sabda Tuhan.
Tumbuhnya kerinduan umat ini membuat saya pun semangat untuk melayani ke dalam. Berbagai kegiatan pun diadakan dengan tema untuk menguatkan iman. Maka kekreaktifitas umat saya lihat sudah sangat baik. Walau cuma di desa, Wedi termasuk desa yang modern dengan berbagai media yang sudah mumpuni dan tidak ketinggalan. Bayangannya dengan Yogya saja tidak akan kalah. Saya melihat banyak hal baik tumbuh di sisi ini. Ini perlu dilestarikan dan didukung.
Sehingga kesimpulan saya kalau bicara soal dinamika umat dan perkembangannya adalah primadona bagi saya. Sepertinya selalu ada kehausan dan rasa penasaran untuk ambil bagian disana. Maka rasanya berpetualangan dalam ranah ini bagi saya tidaklah menjadi tantangan yang berarti karena saya sudah tahu start dan finishnya. Yang menarik saat ini dan hampir membuat saya pusing tujuh keliling adalah bagaimana mendisposisikan diri saya sebagai hamba Tuhan. Ceritanya panjang memang, tapi intinya adalah saya adalah asisten dari para Romo, yang juga melayani kebutuhan iman umat dimana saya bertugas. Saya juga mau tidak mau selalu siap untuk menampung uneg-uneg, sipa menggantikan tugas Romo kalau tidak bisa bahkan berperan seperti Romo sungguhan untuk mengambil keputusan disaat mereka tidak ada. Berbagai kesempatan inilah yang cukup membuat saya kewalahan. Saya harus belajar menerima kesungguhan niat pelayanan ini diatas diri dan kepribadian saya yang kadang secara nalar masih sulit untuk ditaklukan.
Mental seorang hamba adalah keterlibatan saya untuk mau melayani sungguh pada bagian yang terdalam. Hamba Tuhan bagi Gereja adalah Alkitab memberikan arti (gelar) untuk hamba-hamba Tuhan secara jelas yang langsung bisa menjelaskan tugas, fungsi, serta bagaimana ia harus hidup sebagai seorang hamba Tuhan, yaitu: Bintang (Wahy 1:20; 2:1 ;) Diaken (Kis 6:1; Fili 1:1; 1Tim 3:8); Gembala (Yer 3:15; 23:4; Ef 4:11); Hamba Allah (2Kor 6:4; Tit 1:1; Yak 1:1); Hamba jemaat (2Kor 4:5); Hamba Tuhan (Yoel 2:17; 2Tim 2:24); Hamba Yesus Kristus (Fili 1:1; Yud 1:1); Malaikat jemaat (Wahy 1:20; 2:1); Pekerja (Mat 9:38; Filem 1:1; 1Tes 2:2); Pekerja di tempat yang kudus (Yeh 45:4); Pekerja yang bekerja sama dengan Allah (2Kor 6:1); Pelayanan firman (Luk 1:2); Pelayan Injil (Ef 3:7; Kol 1:23); Pelayan jemaat (Kol 1:24,25); Pelayan-pelayan kebenaran (2Kor 11:15); Pelayan Kristus (Rom 15:16; 1Kor 4:1); Pelayan-pelayan perjanjian baru (2Kor 3:6); Pelayan yang dipercayakan rahasia Allah (1Kor 4:1); Pemberita (Rom 10:14; 1Tim 2:7); Pemberita Injil (Ef 4:11; 2Tim 4:5); Penatua (1Tim 5:17; 1Pet 5:1); Pengajar (Yes 30:20; Ef 4:11); Pengatur rumah Allah (Tit 1:7); Pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1Pet 4:10); Penilik (Kis 20:28); Penilik jemaat (Fili 1:1; 1Tim 3:1; Tit 1:7); Penjaga (Yes 62:6; Yeh 33:7); Penjala manusia (Mat 4:19; Mr 1:17); Prajurit Kristus (Fili 2:25; 2Tim 2:3); Rasul (Luk 6:13; Ef 4:11); Wahy 18:20; Rasul Yesus Kristus (Tit 1:1); Saksi (Kis 1:8; 5:32; 26:16); Utusan jemaat (2Kor 8:23); Utusan Kristus (2Kor 5:20); dan Utusan Tuhan semesta alam (Mal 2:7).
Cukup panjang dan jelas bagi saya. Namun sesungguhnya hamba Tuhan itu mereka yang dapat memahami bahwa hidup sebagai hamba Kristus ialah hidup yang tidak main-main. Selain kita membawa nama Tuhan sebagai Tuan yang mengutus, kita juga mengemban tugas yang berkaitan langsung dengan jiwa manusia. Bersyukurlah kalau kita dijadikan hamba-Nya dalam ladang Tuhan di dunia ini.Hargai panggilan kita dan lakukan tugas dan kewajiban kita sebagai seorang hamba atau pengikut Kristus.  
Pemahaman ini nampaknya makin jelas dan kadang membuat saya semakin merasa berbeban berat hahaha :P Bagaimana tidak, untuk menghayati spritualitas hamba Tuhan tidaklah mudah seperti yang dibaca dan diyakini. Untunglah semua ini membutuhkan proses dan pendewasaan. Bagi saya hamba Tuhan adalah berani menyatakan kaul kita kemiskinan, kemurnian dan ketaatan dalam tugas reksa pastoral yang diberikan. Bicara soal ketaatan adalah sesuatu yang tidak mudah. Bagaimana sulitnya saya untuk menerima "ketidakidealan" yang terjadi dalam menjalankan tugas entah karena Romonya otoriter, Romo yang tidak bisa "berbicara dengan baik", Kurangnya harmonis rumah tangga di pastoran hingga diikuti "politik" Gereja yang melanda para umat yang sok sok ikut ikutan berpolitis, mengambil peran dekat dengan Gereja. Semua ini bagi saya adalah proses untuk menjadi sabar dan murah hati menanggapi semua itu dengan kasih. Hamba Tuhan tidak sekedar melayani mereka ynag membutuhkan yang tampak mata juga mereka yang kasat mata. Bagi saya ini adalah sebuah perjuangan. 
Saya awalnya merasa muak dan hampir putus asa Rasanya sulit untuk menerima dan mengamini kok seperti ini. Namun bagi saya tidak ada yang sempurna. Dalam setiap karya pelayanan pun dengan umat pasti ada saja umat yang tidak suka dengan kita. Ada saja karya pelayanan yang tidak ganep. Kalau bicara demikian bagi saya ini adalah sebuah pertanda bahwa kita adalah manusia biasa, juga manusia yang terbatas dan perlu memaklumi diri. Maka saat ini saya mulai sudah menikmati perjuangan dinamika yang rasanya makin lama makin baik. Dengan kekuatan doa saya hanya bisa mendoakan supaya keadaan makin baik dan menjadi lebih damai. Saya percaya ini semua demi membentuk diri saya lebih dewasa, matang dan bersahaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar