Gileee....saat mulai bulan ketiga ini aura kerja dan deadline mulai terasa. Kalau dulu melembur adalah pekerjaan biasa yang menyita waktu karena mencari gawean. Sekarang lembur adalah sebuah kewajiban. Saya sendiri merasa kalau dahulu sebenarnya saya mencari-cari pekerjaan karena proses adaptasi serta sknya memang belum keluar. Saat ini sungguh terasa amat...kalau pekerjaan itu datang beruntun dan mulai meraung raung meminta diselesaikan. Hingga akhirnya tak terelakkan keaktifan di paroki pun baru hangat hangatnya bulan ini.
Rasanya kalau saya ingat dengan kesibukan dahulu ketika saya masih bekerja (7 tahun lalu) SAMA. Yang berbeda adalah soal intensi dan kerelaannya yang jauh berbeda. Saya katakan demikian karena dulu saya digaji per jam, diberi uang insentif , diberi uang bensin, diberi uang pulsa gono gini artinya intensinya ya kesejahteraan saya. Sekarang? hehe...rasanya gaji sudah bukan ukuran (karena memang tidak digaji juga :) ). Bagaimanapun ini adalah Yayasan milik Gereja, artinya Yayasan milik saya sendiri, yayasan yang harus saya hidupi dan cintai. Saya sebagai calon imam diosesan Keuskupan Agung Semarang sudah bukan waktunya lagi memikirkan aku dan keuntunganku. Jadi kalau saya sampai memikirkan bagian SAKU selain tidak cucuk, ya juga tidak mungkin akan betah dan terus semangat. Bagaimanapun semangat mencintai tumbuh karena memiliki karya ini dan untuk kebaikan bersama serta menjaga aset Gereja.
Lalu bagaimana dengan karyawan saya yang harus dihadapi? Hitung hitung saja sekarang karyawan kantor berjumlah 4 orang. Sekretariat 1 orang, Keuangan 1 orang, Wakil Kabid 1 orang dan Manager Operasional 1 orang. Semuanya perempuan dan tinggal bersama keluarganya. Masing -masing punya banyak urursan, tanggungan dan kewajiban dalam nafkahnya. Artinya mereka membutuhkan DUIT.
Tapi kerja di Yayasan Sosial milik Gereja bukanlah tempat yang tepat mencari DUIT...dari logika saya berpikir. Gaji saja UMR sudah lumayan dan baik. Artinya kalau melihat dari segi finansial benar-benar tak cucuk. Tapi yang menjadi luar biasa adalah MEREKA SELALU BERSEMANGAT dan TIDAK HITUNG-HITUNGAN. Hari gini masih ada yang seperti itu? Saya salut. Ketika saya lembur karena tugas di kantor, karyawan mau menemani saya sembari melakukan pekerjaannya. Padahal ada satu karyawan yang rumahnya lebih dari 30 km di arah kota. Bolak -balik pagi dan malam? Ini adalah sebuah usaha yang membuat saya geleng-geleng, demi apa dia mau berkurban?
Ketika banyak tamu datang ke kafe tercinta, mereka rela turun dan keluar dari jobdesk dengan gembira. Apa yang menyebabkan mereka mau? Datang tepat waktu, uang lembur tidak dihitung? Kerja baik dan sesuai deadline. Bahkan setelah tiga bulan ini kami dinilai semakin baik oleh Keuskupan karena kerja yang luar biasa.
Lalu bagaimana dengan dasar ini semua?
Ketika iseng iseng saya bertanya, kenapa mereka mau melakukan itu? jawabnya mereka hanya mau bekerja dengan baik, mereka tidak mencari uang karena bagi mereka kesejahteraan hidup jauh lebih penting? Teori yang mengatakan bahwa uang yang selama ini dikira tolak ukur utama, pupus seketika karena ada hal yang lebih penting. Bagi mereka bekerja di Yayasan adalah kegembiraan, mereka nyaman, merasa dihargai, merasa dapat berkembang dan merasa dimanusiakan. Keempat yang saya pikir menjadi faktor pendukung ternyata malah adalah halyang penting.
Batin saya Syukurlah masih ada orang baik, masih ada oran yang mau menyumbangkan karyanya demi kerajaan Allah. Saya sungguh bersemangat dan termotivasi lebih lagi. Firman Allah dalam Matius 6:33, menjadi tamparan sekaligus pengingatan bahwa "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan di tambahkan kepadamu.” Saya bangga boleh bergabung di Yayasan ini, boleh memiliki karyawan yang baik dan boleh mengembang dawuh Dalem untuk melebarkan Kerajaan Allah ini. Semoga ini semua terus berlanjut dan dengan semangat ini makin banyak orang yang diselamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar