Rabu, 10 September 2014

Toper : Berani Berkorban Lelah dan Tidak Hitung Hitungan

Berani Berkorban dan Tidak Hitung-hitungan



Berani Berkorban
   Dahulu selama menjalani tahun filsafat di seminari, hidup saya selalu teratur dan rasanya setiap momen ada waktunya. Saya selalu berusaha menyeimbangkan hidup doa dan kegiatan dengan sebaik mungkin. Rasanya jadwal sudah tertatat dan semuanya berjalan dengan baik. Kenyamanan saya justru ada dalam hidup yang tertata dan berjalan dengan semestinya. Saya juga merasa tidak penah terbebani dengan kesibukan karena sudah termanage dengan baik. Saya tidak merasakan apa yang dikatakan larut dalam kesibukan karena semunay justru tertangani dengan baik. Namun berbeda ketika itu semua berada di tempat toperku ini. Bekerja dalam dua bidang yang sangat berbeda karena membutuhkan dua perhatian yang berbeda mengakibatkan saya harus pintar memilih waktu dan kesempatan supaya semuanya merasa terperhatikan dan tertandangi
   Awal masuk saya belum memberikan waktu dan perhatian pada paroki karena saya ingin fokus dalam kantor tempat saya memimpin dan dipercaya. Mengurusi pendidikan bukan hal yang mudah. Muali dari menyeleksi guru, memberikan motivasi, kunjungan sekolah, memberi penghargaan kepada sekolah sekaligus melihat bagaimaa potensi masing-maisng sekolah. Ini baru tugas kantor, sedangkan tugas usaha dana saat ini saya juga membantu usaha kafe melcosh dan peralatan camping serta promosi marketing. Keduanya ini sungguh harus saya jalankan karena juga membutuhkan perhatian yang tidak main main.
Di melcosh saya harus mengatur pekerjaan sebagai manager SDM memberikan masukandan mengarahkan serta motivasi kepada karyawan supaya mereka bisa bekerja dengan baik. Memberikan arah service dan menjadi customer service kalau ada masukan dan keluhan serta compliment dari customer.Otomatis dalam hal ini saya selalu memiliki pekerjaan dan ada saja yang harus dikejar dan dituruti supaya deadline pekerjaan tidak menumpuk. Mulai menguruis pembuatanpamflet, seragam, kelengkapan, belanja makanan, belanja kantor hingga diminta pertimbangan sebagai pemimpin adminstrasi.
  Sebagai pemimpin kantor saya harus melihat kinerja teman teman karyawan mulai dari doa pagi, rencana kerja dan semangat kerja. Lalu pemberian waktu konseling, kebersihan kantor, peralatan, design interior dan tampilan. Semuanya dimulai dari hal yang kecil, Maka tidak sia sia juga apa kata babeh yang selalu memperhatikan hal yang sederhana sebagai awal, thanks babe.
  Lalu dimana sebenarnya makna dari kata rela berkurban. Rela berkorban adalah rela membagi diriku tidak hanya untuk saya saja tapi juga demi tugas tugas mulia ini. Kesibukan yang padat dikantor akhirnya setelah satu bulan proses adaptasi dan pembelajaran serta surat SK sebagai penegas membuat saya juga rela membagi diri untuk perhatian pada umat paroki dimana saya tinggal. Saya diajak untuk berperan aktif sehingga tidak terkesan ngekos di paroki pakem.
  Saya menyadari akan kesibukan kantor yang menggila tapi juga saya harus seimbang dengan sisi rohani dan pembinaan pastoral lainnya seperti pembinaan frater yang mainstream. Saya rela direpotkan untuk membantu misdinar dan OMK beraksi. Untung saja romo yang baru (romo Endra) adalah romo yang peduli dengan hal ini. Maka saya dengan mudah berbagi tugas dan merasa didukung. Saya juga akhirnya turun sebagai organis misa harian dan cadangan untuk misa mingguan dan misa besar. Saya senang meskipun kemampuan organis saya tidak terlalu bagus.Tapi yang terpenting makna yang saya dapat ini bisa dijadikan sarana untukmendampingi umat. Kemudian nama saya lama lama mulai dikenal sebagai seorang pedamping. Pesanan mendampingiu ibadat dan renungan kitab suci bertambah. Saya mulai hadir dalam sembhayangan. lingkungan yang saya kira jarang akan saya ikuti. Belum lagi ditambah kunjungan orang sakit setiap sabtu dan rumah sakit panti rapih yang meminta kunjungan per dua minggu, LP Penjara dan lapas narkoba. Belum lagi yang dadakan dan spontan seperti kunjungan komunitas pastoran , kunjungan lelayu, meminta dampingan latihan koor dan sebagainya.


Berani Tidak Hitung-hitungan
  Maka dapat dikatakan bertumpuknya kegiatan itu membuat saya harus memilah dan sungguh membagi waktu. Tugas SK utama saya adalah toper di kantor yayasan. Dan dengan tegas Romo Win pernah mengatakan bahwa paroki tidak akan memberatkan dan menuntut apa apa . Tapi ini kesadaran saya untuk mengucapkan terima kasih atas kebaikan paroki bersedia menerima dan menampung saya. Saya ingin memberikan sesuatu. Makanya mulai dari kenyamaan yang dimiliki saya dobrak dan beani mengatakan iya untuk bantuan yang dibutuhkan. Sehabis kantor yang penat kadang kadang ingin leyeh leyeh dan mengaso tapi akhirnya saya kalahkan ketika melihat sekelompok koor mudika lingkungan yang tidak diiringi musik. Kasihan...
   Lalu ketika sembhayangan mulai rutin, banyak umat yang merindukan kedatangan kunjungan romonya untuk menyapa. Maka saya masuk menyapa umat untuk meneruskan tradisi baik ini padahal sudah malam dan besok saya harus memimpin rapat. Ketika sakit menerjang badan saya selama 1 minggu ini ingin rasanya beristirahat dan melepas lelah di kamar yang saya sukai ini. Tapi ada misa rabu pahingan padahal misa itu membutuhkan waktu lebih dari 2 jam. Bagaimana ini di tengah kantuk, akhirnya saya kurbankan waktu itu demi namaMu Tuhan.

Dari semua ini apalah gunanya bagi saya....
Sharing Firman dan diskusi (50 Menit)
Sebuah ungkapan bijak berkata, “Jangan pernah tanyakan apa yang Allah telah perbuat kepadamu, tetapi bertanyalah kepada diri Anda sendiri apa yang telah Anda perbuat bagi Allah.” Perbuatan Allah bagi kita orang percaya sudah jelas dan karya terbesarnya adalah tentunya ada dalam Yoh 3:16! Bila Allah telah berkorban bagi kita semua, apakah kita berani berkorban bagi Allah? Bila Allah telah memberikan yang terbaik/yang paling dikasihiNya bagi kita, beranikah kita memberi yang terbaik/yang paling kita kasihi bagi Allah? Adapun pengorbanan yang dapat saya berikan bagi Kerajaan Allah dapat diwujudkan dengan:
1. Berkorban tenaga/kerja keras bagi Kerajaan Allah (Kolose 1:28-29).
Seluruh tenaga berbicara tentang kemampuan yang kita miliki kita persembahkan bagi Tuhan. Semuanya yang dapat kuberikan seperti tenaga, waktu, buah pikiran, pengetahuan, ide/kreativitas, keahlian, dapat kita persembahkan bagi Tuhan. Meskipun rasanya belum pantas dengan apa yang sudah diberikanNya untuk membayar terima kasih ini.

2. Berkorban materi/harta bagi Kerajaan Allah (Amsal 3:9).
Banyak orang diberkati dengan kekayaan dalam dunia ini namun sangat sedikit dari mereka yang memuliakan Tuhan melalui hartanya. Mengapa? Karena mereka belum tahu tujuan Allah memberkati mereka, padahal Allah memberkati seseorang tidak hanya untuk mencukupkan kebutuhannya, menolong orang lain/sesama tetapi juga untuk memuliakan Tuhan.
Tahap ini saya memang belum bisa memberikan banyak karena saya sendiri masih dalam keadaan yang belum stabil. TIdak memang keuangan seorang frater tidak pernah stabil, namun meskipun sedikit dapatkah saya bisa berbagi bagi orang lain.

3. Berkorban Nyawa (Roma 12:1, Markus 8:35).
Hidup dalam kekudusan dan perkenan Allah adalah merupakan sebuah korban karena kita rela meninggalkan hawa nafsu, keinginan daging, kesukaan kita untuk menyenangkan hati Tuhan. Namun lebih dari sekedar hidup kudus dan berkenan, saatnya kita juga berani memberikan nyawa kita sebagai taruhan untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. 
Bukan nyawa untuk mati konyol tapi nyawa yang diebrikan seutuhnya untuk Tuhan..
Ah rasanya kalau sudah ada dalam tahap ini , saya jadi malu akan penegasan dan alasan kenapa saya ingin menjadi imam.

 


Bukankah sudah seharusnya saya sebagai frater rela diganggu umat dan memberikan pelayanan tanpa hitung hitungan? Tegakah saya mencundangi janji selibat saya.
Kalau sudah begini saya kembali berpikir dan sadar , tidak ada yang hebat bagi Romo yang rela memberikan waktunya karena meupakan tugasnya. Namun saya menajdi termotivasi jstru adalah mereka Romo Romo yang hebat yang bila ketika ia diganggu ia menjawab dengan gembira dan senang hati untuk berbagi dalam pelayanan dengan Passion...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar