Kamis, 13 November 2014

Pelayan yang Sempurna

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Lukas 9:57-62)

Perikop yang sejajar ada di Matius 8:19-22 juga mengajak hal yang sama,
Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."
 
Bagi saya menjadi sempurna adalah berusaha hidup untuk menjaga kesucian panggilan yang sudah dipercayakan padaNya sekarang ini. Masalahnya kesucian di masing-masing pribadi memiliki pemaknaan, taraf serta nilai yang berbeda. Kadang kala ketika saya melakukan kewajiban sebagai seorang frater secara rohani, bangun pagi, meditasi, brevier dan misa (bagi saya sudah cukup) ya khan? eh ketika saya bimbingan rohani, eh ini belum lah cukup. Kamu harus devosi, adorasi, doa novena ini itu...ehm okeh

Tidak salah yang disarankan dan saya tidak salah juga menjalankan yang sudah terjadi. Seperti dikatakan kesucian orang itu berbeda beda tarafnya dan bagi saya yang terpenting adalah hubungan yang baik dengan Dia yang pemberi rahmat dan berkat. 
Kalau melihat tuntutan umat dan harapan umat akan sosok Romo dan Frater yang sempurna (dan melebihi hidup doa mereka) itu harus dan standar bagi saya. Tapi kalau sudah menilai kesucian seseorang dilihat dari luarnya saja. Saya tidak setuju.." Romone gaul ya, ra pernah liat nganggo rosario, ketoke dewee ki ra suci?" ehm halo halo bandung...apakah anda tau ukuran kesucian seseorang?

Ya maka ada baiknya juga selalu introspeksi dan kembali kepada dasar pokok iman. Bahwa iman seseorang itu pertama tama membawa keselamatan dirinya supaya berjumpa dengan Allah. Jangan sampai kesucian itu hanya sekedar pelindung, cover, kamuflase yang menghanyutkan orang. Kesucian membawa berkat dan pengharapan yang mendalam akan kasih Tuhan. Saya sering mengatakan kepada umat bahwa iman seseorang adalah iman yang personal dengan Tuhan. Namun selain personal, iman itu juga dibawa dalam kebersamaan supaya lebih kuat bertahan dan berkembang sesuai dengan bentuk aslinya, tiulah yang disebut iman komunal atau tradisi. Gunanya iman komunal ini yang akan menjaga dan mengingatkan masing masing untuk selalu bertahan.

Maka usaha untuk menjadi pelayan yang sempurna bagi saya adalah berusaha hidup mencontoh Yesus Kristus sebagai soko guru seluruh umat
Banyak orang kristen memahami kata ‘pelayanan’. Kata ‘pelayanan’ merupakan jargon yang paling sering kita dengar dalam kehidupan kekristenan. Kata-kata ‘pelayanan’ sangat tidak asing dalam kekristenan. Bahkan kekristenan sangat identik dengan ‘pelayanan’. Dalam hal ‘pelayanan’lah kekristenan seringkali bisa dibedakan dengan agama lain. Orang kristen sering menyebut dirinya sebagai pelayan Tuhan. Jika kita baru bertobat, maka seringkali kita dianjurkan untuk terlibat dalam pelayanan. Jika seseorang berjemaat dalam suatu gereja lokal, maka seringkali kita mendengar pernyataan-pernyataan seperti ini :
”Ayo terlibat dalam pelayanan Pak/Bu!”,
“Kapan mau pelayanan nih Pak/Bu!”,
“Bapak/Ibu sudah terlibat pelayanan belum?”,
“Bapak/Ibu mau melayani di mana nih?”,
“Bapak/Ibu tertarik dalam pelayanan apa nih?”,
“Gereja kami memiliki banyak departemen, Bapak/Ibu mau melayani di mana?”,
“Apakah Bapak/Ibu sudah mengikuti sekolah pelayanan?”,
“Sebelumnya Bapak/Ibu melayani di mana?”,
“Suara Bapak/Ibu bagus sekali, apakah Bapak/Ibu mau melayani di departemen musik?”,
“Sepertinya Bapak/Ibu punya talenta dalam bermusik, ayo dong terlibat di sini Pak/Bu!”
“Pelayanan apa kamu sekarang?”,
“Pak/Bu, saya mau ijin tidak masuk kerja besok, karena saya pelayanan!”,
“Pak/Bu, saya besok minta ijin terlambat masuk, karena ada pertemuan doa!”,
“Pak/Bu, saya besok minta ijin pulang jam 2 siang, karena ada pertemuan pengurus!”,
“Wah, pelayanan kamu sekarang sudah berkembang yah!”,
“Besok kami akan melayani di Medan, lusa kami akan melayani di Menado.”,
“Yah, beginilah memang kalau kita mau menjadi hamba Tuhan.”,
“Puji Tuhan, sekarang saya sudah jadi pelayan Tuhan.”,
“Dulu saya kerja di sekuler, puji Tuhan sekarang saya sudah jadi hamba Tuhan.”,
“Apa saudara sebagai artis tidak malu jika sekarang aktif pelayanan?”
“Apa kata teman-teman anda, jika ternyata sekarang, selain artis, anda juga ikut pelayanan?”,
“Sebisa mungkin pelayanan kamu jangan mengganggu kuliah kamu!”,
“Buat apa pelayanan terus kalau keluarga jadi berantakan!”,
“Buat apa pelayanan kalau pekerjaan kamu jadi tidak beres!”,
“Buat apa sih banyak-banyak ambil pelayanan, sebenarnya kamu terbebannya di mana?”,
“Maaf Pak/Bu, sekarang saya sangat sibuk, oleh karena itu saya mau off dulu dari pelayanan.”,
“Maaf Pak/Bu, saya mau keluar dari pelayanan dulu, saya lagi sibuk dengan pekerjaan.”,
“Wah indah sekali yah jika kita bisa jadi hamba Tuhan.”,
“Puji Tuhan, sekarang kamu sudah menjadi hamba Tuhan.”,
Dst…
Jadi, siapapun sudah tidak asing mendengar kata ‘pelayanan’. Ketidakbingungan mendengar kata ‘pelayanan’ seperti di atas inilah yang justru membahayakan. Ketika kita sudah biasa alias tidak bingung mendengar kata ‘pelayanan’ maka disinilah jebakan iblis memainkan peranannya. Kita sudah menjadi sangat biasa dengan kata-kata ini. Tapi, jika kita menerima sesuatu tanpa memiliki dasar Firman Tuhan yang kuat, maka kita bisa salah tanpa menyadari apa kesalahan kita! Inilah bahaya terbesarnya, yaitu kesalahan yang kita tidak sadari

‘Pelayanan’ merupakan kata yang ter-erosi dari prinsip kebenaran Firman Tuhan, tapi sekaligus termasuk kata-kata yang paling sering diucapkan. ‘Pelayanan’ juga menjadi salah satu senjata iblis untuk melumpuhkan kekristenan tanpa disadari oleh banyak orang kristen. Tidak hanya merusak individu orang kristen tapi juga dampak ikutannya/efek sampingnya. Oleh karena itu, setiap pemimpin kristen perlu memiliki kesadaran akan hal ini.

Maka bagi saya kembali lagi kepada masing-masing individu termasuk saya. Apakah kita siap menjadi pelayan bagi umat? Apakah kita siap melayani dan memberikan yang terabaik? Bagi umat apakah mereka juga siap untuk menerima bentuk pelayanan dengan lapang dada,tidak mengeluh, tidak mengharapkan sesuatu yang berlebih, tidak mengharapkan balas dan pamrih tapi sungguh terbuka akan rahmat dan kasih Allah yang hadir . Karena rahmat itu akan hadir kalau kita sendiri terbuka menerima dan memberi berkat itu secara tulus dan utuh.

Shalom
Pelayan Kristus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar