Selasa, 17 Februari 2015

refleksi akhir semester

Pada dasarnya banyak pengalaman dan perasaan yang bercampur aduk ketika saya mendapatkan tugas baru sebagai pengawas dan mengunjungi sekolah-sekolah sanjaya yang bagi memiliki tantangannya tersendiri. Saya melihat dinamika sekolah yang saya emban memiliki karakter dan pengelolaannya tersendiri. Karakter ini begitu sulit dikarenakan mereka berdiri dari ketidakmampuan, berdiri dari nol dan bangkit berusaha untuk bertahan karena usahanya sendiri. Yayasan sebagai badan yang berdiri belakangan memang seperti memetik buah simalakama. Berdiri pada pilihan menuai buah racun atau mematikan sebuah harapan yang tidak jelas arahnya.
Saya sendiri merasa progress yang tidak "begitu signifikan" harus saya rasakan dan harus diterima dengan baik sebagai sebuah perkembangan yang berarti. Rasanya ingin berbuat sesuatu tapi tidak banyak. Pergerakan yang harus satu demi satu dituntun tidak mmbuahkan hasil yang maksimal. Dari tenaga SDM yang tidak mumpuni, banyaknya aneka masalah yang ditimbulkan dari masing masing karyawan baik personal maupun iman menambah alur kekusutan masalah yang ada.

Saya sadari bahwa yayasan saya bukan yayasan yang kaya. Sekolah saya juga bukan sekolah yang bermutu. Tapi saya mau sekolah saya bisa bertahan setidaknya menjalankan visi dan misi yang diberikan oleh Gereja. Visi untuk tetap bertahan dan hadir dalam KLMTD juga misi mewartakan Kerajaan Allah. Melihat Evangelii Gaudium yang mengajak kita untuk sadar dan terbuka pada karya pewartaan Allah menyadarkan saya, menjadi seorang imam ya seperti ini. Terkutuklah saya kalau sampai mencari kenyamanan. Duh Tuhan...rasanya kok perjuangan saya belum menghasilkan apa-apa. Rasanya seperti sia-sia.
Untungnya Romo Deny tidak pernah memberikan target apa apa kepadaku, meskipun saya harus tahu diri dengan tugas dan target yang harus saya selesaikan. Kemudian dalam perkembangannya dulu saya sempat menemui pergulatan di sana sini dalam tugas yang diberikan bagaiana menghidupi semangat bekerja dalam SK dan tuntutan bagi saya untuk out of the box . Sejujurnya saya mengalami kejenuhan dan malas ingin melakukan segala sesuatu, mungkin saya sudah lelah hehehe....

Satu poin lebih yang saya punya untuk bertahan adalah komunikasi yang baik antar frater seangkatan yang dekat dengan saya dan beberapa umat memberikan penghiburan serta kekuatan bagi saya untuk tetap bertahan. Kewajiban ini harus dijalani dengan baik untuk mmperkuat panggilan. Kebosanan yang masuk sana disini menyadarkan saya untuk semakin kuat dan mencoba menghidupi panggilan ini sebaik mungkin.
Belum lagi masalah tugas pribadi rampung. Saya sebagai ketua tingkat diminta untuk membantu sahabat kami yang membutuhkan pertolongan. Lagi - lagi saya diuji dalam tanggung jawab dan kerelaan saya untuk berbagi. Sungguh sebelum peristiwa ini terjadi saya telah dibutakan oleh keegoisan saya karena kejenuhan untuk mendengarkan keluhan keluhan yang tidak ada positifnya dari angkatan saya. Namun peristiwa ini menguatkan saya untuk selalu kuat, bisa, tanggap, rendah hati dan taat. Perutusan tambahan diberikan kepada saya. Batinku urusanku saja belum selesai kok malah ditambah masalah lain. Belum lagi dengan tugas membantu Romo Deny dalam mengatur acara kafe saat itu. Saya memaknai sungguh bagaimana akhirnya hidup saya pun tidak lagi untuk saya sendiri tapi juga orang lain. Ketidak tegaan dan kasih membuat saya mau dengan senang hati untuk diutus.

Dalam banyak hal yang menjadi keprihatinan Tuhan memberikan cintaNya kepada saya untuk menguji satu hal, yaitu ketaatan dan rendah hati. Disaat salah satu sahabat terdekat saya mengalami masalah yang pelik dimana saya hanya bisa mendengarkan dan mendoakannya. Saya mengalami keterpurukan yang sungguh berat karena keterlibatan emosi yang mendalam. Rasanya saya tidak habis pikir, apa maksud Tuhan seperti ini kepada saya. Kurang cukup apa lagi saya mengorbankan diri untukNya. Tapi akhirnya saya hanya bisa berkata siapakah saya di matanya ? siapakah saya yang berani memberikan muka kepadaNya ?
Maka saya sadar pada posisi dan keterbatasan saya. Saya harus terima dan bisa bangkit. Move on...
Walau hal itu jujur terasa berat dan seperti tidak ada hasilnya.
Di sela sela itu banyak hiburan, pengalaman, kekuatan yang silih berganti mengisi kekosongan saya. Saya sadar bahwa banyak orang yang membutuhkan saya. Banyak orang yang mengkhawatirkan saya. Bahkan Romo Direktur sendiri tahu bahwa saya sedang gundah gulana. dan berusaha menghibur saya dengan caranya. Romo Endra menanyakan kabar saya. Romo Win bersedia mendengarkan keluh kesah saya dalam ruang pengakuan. Tuhan tidak tinggal diam. Saya yang merasa ditinggal kini diisi oleh banyak orang yang peduli.






Mungkin saya belum bisa memaknai banyaknya orang yang begitu baik dan perhatian. Tapi saya yakin suatu saat saya dapat memahaminya. Begitu juga dengan luka yang dibuat dan tertanda dalam hati saya, mungkin sulit bagi saya untuk menerimanya sekarang. Tapi suatu saat saya akan mengerti dan paham. Saya akan bersyukur kepadaNya karena semuanya akan indah pada waktunya.

Terima kasih untuk semua yang memberikan penghiburan, kasih , waktu dan kehadiran. Saya bersyukur dan tidak pernah lupa akan semua hal baik ini. Tuhan yang akan membalasnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar