Selasa, 18 Agustus 2015

memahami makna kemerdekaan dalam jiwa kekatolikan masa kini


"100 % Indonesia, 100% katolik " adalah tagline yang kerap kita dengar sekarang ini setelah film Soegija sangat populer di kalangan OMK. Bangga menjadi orang katolik sekaligus menjadi warga Indonesia yang sungguh sungguh merupakan sebuah motivasi yang paling ideal saat ini. Bayangkan Indonesia yang memiliki lebih dari ribuan SARA, yang kaya dan beragam mampu berdaulat menjadi satu negara. Pemahaman ini harus disadari oleh semua orang yang bertanggung jawab dalam menjaga kedamaian dan kedaulatan negeri ini.
Cinta akan negara juga sangat didukung oleh Gereja Katolik. Dalam penggalan suratnya Matius menceritakan bagaimana kisah Yesus yang meminta untuk memberi haknya yang benar pada Kaisar dan juga pada Allah (Matius 22:15-21). Bagaimana kita diajak untuk membagi perhatian kita senantiasa secara sehat akan kewajiban masing-masing. Pemahaman ini juga yang membuat Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Pujasumarta, Pr dalam surat gembalanya memperingati KEMERDEKAAN RI 2015 meminta setiap umat Katollik di KAS wajib untuk terlibat aktif dalam kemasyarakatan baik itu terlibat keorganisasian atau ikut menjaga persatuan dalam segala aspek.
Keprihatinan teman teman OMK Wedi diungkapkan dalam sharing bersama kemarin malam, bahwa saat ini mereka melihat OMK kita ini rasanya kurang mengartikan kebaikan liturgi dan doa yang malah tidak membuahkan kegiatan apa-apa. Sebut saja, mana ada OMK yang peduli pada politik praktis, kemasyarakatan, ormas, dll. Bahkan membela Gerejanya sendiri saja dalam menghindari hal hal yang tidak diinginkan jarang terjadi.
Keprihatinan yang dirasakan ini bukan hanya terjadi pada paroki Wedi saja tapi juga paroki lain di KAS ini. Ada banyak pemaknaan yang "ganjil"dan belum 100% mantab untuk memaknai bagaimana kepedulian kita terhadap negara ini. Bagi saya mungkin karena sosialisasi dan pemaknaan yang keliru. Kadang kala dengan arus jaman modern ini, anak muda berpikir sudah ada pihak pihak yang dibayar, bersedia hingga peduli dengan negara selain mereka. Padahal kalau setiap anak muda berpikir demikian, siapa donk yang mau peduli?
Oleh karena itu bagi saya memaknai kemerdekaan saat ini adalah memulai pemahaman yang baru akan kerendahan hati kita untuk  mengakui bahwa kita dibutuhkan . Kita harus segera melayani negara ini, mengingat ibu pertiwi ini sudah bersedia menerima kita dengan baik hingga hidup kita bahagia. Tak perlu memikirkan hal hal besar,, dengan menjaga lingkungan, peduli pada sesama serta menjaga lingkungan dan kebersihan. Saya pikir kemerdekaan akan menjadi lebih bermakna dari sekedar atribut resmi yang konsisten dilaksanakan namun hilang dalam waktu 1 hari.

Shalom.
Paroki SPM Bunda Kristus Wedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar