Jumat, 21 Agustus 2015

Mendidih di retret Agung.



Aku tidak pernah berpikir lagi sejak mengikuti retret agung ini mau dibawa kemanakah panggilan ini. Aku sendiri sadar bahwa panggilanku bukan semata mata milikku seorang . Ada banyak pihak yang berhak menentukan arah panggilan dan jalan yang paling tepat bagiku di masa depan. Maka saat ini yang aku lakukan pertama kali dalam menjalani panggilan ini hanyalah berserah. Aku pasrah! Aku tidak mau berpikir-pikir lagi ingin seperti apa. Memang kedepannya adalah wajah imamat yang ingin aku miliki. Maka harus sejak saat ini juga aku harus berani mengubah semua pandangan menjadi satu pilihan. Panggilanku adalah menjadi imam yang baik yang dibutuhkan oleh keuskupan. Proses perendahan hati dan agere kontralah yang sering harus aku hadapi untuk mau mengatakan bahwa aku berhasil membongkar idealisme dan keegoisanku untuk terbuka pada satu pilihan, pilihan yang ditetapkan Allah. Aku berani menerima semua pilihan yang ditawarkan untuk bertahan dalam panggilan suci ini.
                Permenunganku dalam dua hari pertama berjalan baik. Secara perlahan lahan untuk saat ini telah mengubah cara pandangku untuk tidak melihat gengsi, harga diri, prestasi atau apapun yang aku punya. Memang kuakui, secara tdak sadar selama ini aku sering menunjukkan ini ke orang terdekatku dalam pekerjaan maupun proyek yang sering dipercayakan seminari untukku. Di tempat retret ini dengan gelar sarjanaku yang su dah dua serta gelar keprofesionalitas yang mungkin lebih dibanding retretan yang lain. Rupanya tidak membedakan aku  dihadapanNya.  Aku sama seperti mereka yang akhirnya harus bertelanjang diri supaya bisa dibentuk kembali, supaya bisa diubah, supaya bisa seperti Musa yang siap diutus untuk dijadikan alatNya ( Keluaran 3:1-12).Menjadi tantanganku berikutnya untuk tetap setia dan berjuang menerima diri dan berdamai kalau aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah pemuda biasa yang sama dengan yang lain, yang mempunyai dosa serta beban kehidupan yang perlu dicurahi olehNya supaya Ia bisa masuk dan merasakan keberadaannya hidup bersama Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar