Senin, 02 November 2015

Ziarah Pangruktilaya : Pelayanan Mulia demi Sesama Umat Beriman



Pangruktilaya, berasal kata dari bahasa Jawa kuno, ngrukti, merawat dan perlaya, meninggal yang berarti merawat orang yang meninggal. Maka paguyuban ini dalam sejarahnya berdiri karena satu visi dan misi yaitu pelayanan. Bidang yang diampu ini merupakan perwujudan sosial Wajah Gereja yang paling dasar dan dibutuhkan oleh semua orang yaitu berurusan dengan kematian.
Kematian adalah masa dimana seseorang mengalami titik terdalam yang pernah dialami manusia baik yang mengalami atau yang menghantar. Sehingga ada kesadaran yang tumbuh antar umat baik yang seiman maupun tidak, begitu pentingnya arti sebuah kematian.
Kematian dalam pandangan kristen mempunyai arti yang positif. "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Flp 1:21) "Benarlah perkataaan ini: Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia" (2Tim 2:11) Aspek yang sungguh baru dalam kematian kristen terdapat dalam hal pembaptisan warga kristen secara sakramental, yaitu sesudah "mati bersama Kristus", dapat mengalami suatu kehidupan yang baru. Sangat indah hal ini dikatakan Santo Ignatius dari Antiokhia: "Lebih baiklah bagiku untuk mati karena Kristus dari pada hidup sebagai raja atas segala ujung bumi. Aku mencari Dia yang wafat untuk kita; aku menghendaki Dia, yang bangkit demi kita. Kelahiran aku nantikan....biarlah aku menerima sinar yang cerah. Setelah tiba di surga aku akan menjadi manusia."

Kematian kristiani berarti Allah memanggil manusia kepada diri-Nya, bersatu dengan kodrat-Nya yang ilahi. (bdk. 2Ptr 1:4) Karena itu Santo Paulus mengungkapkan hal ini: "Aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus" (Flp 1:23). Santa Teresa dari Avila mengatakan: "Aku hendak melihat Allah dan untuk melihat Dia, orang harus mati." Kerinduan terdalam orang kristen adalah kebahagiaan bersama Allah sebagai Bapa dalam kerajaan-Nya yang abadi. Di dalam dan bersama Allah, kebahagiaan yang dirindukan itu terpenuhi dan sempurna. "Kerinduan duniawiku sudah disalibkan di dalam aku, ada air yang hidup dan berbicara, yang berbisik dan berkata kepadaku: Mari menuju Bapa," demikianlah ungkapan kerinduan Santo Ignatius dari Antiokhia. Pandangan kristen tentang kematian dilukiskan sangat indah dalam liturgi prefasi misa arwah: "Bagi umat beriman-Mu ya Tuhan, hidup hanyalah berubah, bukannya dilenyapkan, dan sesudah roboh rumah kami di dunia ini, akan tersedia bagi kami kediaman abadi disurga."

Dengan demikian dapat dikatakan kematian merupakan titik akhir dari perjalanan hidup manusia di dunia ini; titik akhir dari masa rahmat dan masuk dalam kehidupan yang terakhir. Kehidupan terakhir ini tidak ditentukan oleh seberapa besar jasa dan perbuatan kita selama di dunia tetapi seberapa besar kita melaksanakan hukum cinta kasih yang merupakan hukum yang utama. Santo Yohanes Salib mengatakan: "Pada senja hidup kita, kita akan diadili dengan cinta kasih." Karena itu, " Apabila jalan hidup kita sudah berakhir" (LG 48), kita tidak akan kembali lagi untuk hidup beberapa waktu lagi di dunia ini. "Manusia ditetapkan untuk hidup dan mati hanya satu kali dan sesudah itu ia dihakimi" (Ibr 9:27). Setelah kematian tidak ada "Reinkarnasi".

Kematian mengakhiri kehidupan manusia di dunia ini. Ia dapat menerima atau menolak rahmat ilahi yang ditawarkan Kristus kepadanya. Saat kematian setiap manusia menerima ganjaran abadi dalam jiwanya yang tidak dapat mati. Ini terjadi dalam suatu pengadilan khusus yang menghubungkan kehidupannya dengan Kristus, entah masuk ke dalam kebahagiaan surgawi melalui api penyucian, atau masuk langsung ke dalam kebahagiaan surgawi, atau mengutuki dirinya untuk selama-lamanya dalam nyala api yang kekal, yaitu neraka.









Konsili Vatikan II dalam konstitusi Lumen Gentium artikel 49 (LG 49) mengatakan: "Umat beriman yang mati setelah menerima pembaptisan Kristus, kalau mereka tidak memerlukan penyucian ketika mereka mati, atau kalaupun ada, sesudah yang harus disucikan atau yang akan disucikan.......sebelum pengadilan umum setelah kenaikan Tuhan dan penyelamat kita ke surga, sudah berada dan akan berada di surga dan firdaus surgawi bersama Kristus dan bergabung bersama persekutuan para malaikat yang kudus. Dan sesudah penderitaan serta kematian Tuhan kita Yesus Kristus, jiwa-jiwa ini sudah melihat dan sungguh melihat hakikat ilahi dengan suatu pandangan yang langsung dan bahkan dari muka ke muka tanpa perantaraan makhluk apa pun" (bdk. Benedictus XII, PS 1000).

Hidup di surga berarti berada bersama Allah dengan hakikat-Nya sebagai Allah Tritunggal; Bapa, Putera dan Roh Kudus. "Hidup berarti, ada bersama Kristus; di sana dengan sendirinya ada kehidupan, di sana ada kerajaan," demikian ungkap Santo Ambrosius. Misteri persekutuan, kebahagiaan bersama Allah, mengatasi setiap pikiran, gambaran, dan perasaan manusiawi kita. Di sanalah ada kehidupan, terang, perdamaian, perjamuan nikah, rumah Bapa, Yerusalem surgawi dan firdaus. Itulah surga, tanah air yang kita dambakan dalam hidup ini.

Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah namun belum disucikan secara sempurna sudah pasti akan menikmati tanah air abadi yaitu surga. Akan tetapi, sebelum ia bersatu dengan Allah dan menikmati kebahagiaan surgawi, ia masih harus menjalankan suatu pemurnian atau penyucian, supaya ia sempurna dalam kesuciannya sehingga ia dapat masuk ke dalam kebahagiaan surgawi. Pandangan Gereja Katolik menamakan tempat ini dengan Api Penyucian atau Purgatorium. Ini berbeda dengan siksaan abadi atau neraka. Purgatorium merupakan suatu tempat persinggahan untuk dimunikan sebelum masuk dan bersatu dengan Allah dalam kerajaan surga.

Maka inti dari omong saya soal kematian, kematian bagi kita  adalah sarana yang paling mulia sebagai pintu gerbang pertemuan dengan Allah secara langsung. Maka saya atas nama Gereja dimanapun berada ingin mengatakan Pangruktilaya dapat dikatakan sebagai tugas yang mulia, ikut menghantar dan mendoakan mereka dalam perjalanan abadi. Terima kasih untuk anda semua.
Maka selain romo yang melayani minyak suci, yang bisa dihubungi 24 jam adalah anda semua pangruktilaya, pernah kan bangun jam 02.00 tengah malam. Bagaimana anda mau tidak mau harus menuaikan tanggung jawab “memuliakan” saudara kita Maka saya katakan, jika tidak adan semua maka para mayit mayit ini mungkin akan terlantarkan dan sulit untuk dikuduskan.
Maka dengan kata lain, anda semua adalah jembatan mulia yang memabntu Gereja untuk menghantar mereka yang sudah siap. Berbahagialah dan Sadarilah betapa hebat tugas anda. Jadi kalau saya dengar masih ada yang mengeluh, bisa pikirkan kembali...anda itu penting.

Kita sadari tugas kita sebagai sarana juga memuliakan Allah, saya mengajak untuk tidak berpelit hati, berumrah hatilah sekalian dalam memberikan pelayanan. Jangan pernah hitung hitungan karena Alalh juga akan menghitung jasamu. Tetap semangat, tetap mendoakan dan tugas ini adalah demi kemuliaan saudara kita dihadapan Allah...dan siapa tahu besok giliran kita, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar