Senin, 21 November 2016

Belajar Rendah Hati bersama Santa Theresia

Sudah lama rasanya saya tidak berefleksi. Entah karena malas, sibuk, tidak punya waktu, ya ini dan itu. Segala hal menjadi pembenaran untuk menunda padahal saya sadar mengambil waktu untuk sendiri itu adalah penting. Saya merasa ketika kesibukan menjadi kebiasaan yang meninabobokan atau membuatnya menjadi lupa segalanya adalah sebuah kesalahan. Ini juga yang saya alami selama ini ketika 7 tahun menjadi hambaNya. Saya benar benar menyesal telah melakukannya. 
Ketika saya tidak sungguh sungguh melayaniNya seperti Maria tapi malah mencari cari pembenaran seperti Martha. Saya tidak benar hadir di sana saat itu sehingga saya malah sibuk mengejar prestasi dan pembenaran bahwa saya telah melakukan sesuatu. Tapi saya juga bersyukur karena Tuhan memberi kesempatan saya untuk memperbaiki diri menjadi bagian dari Nya entah suatu saat, karena dengan saya berada di luar sementara ini saya disadarkan untuk melihat keindahan dunia dan meraih apa yang saya inginkan lalu kembali ketika saya sudah berhasil.
Dalam perjalanan untuk meyakinkan diri dan gladi yang sesungguhnya diantara berbagai pilihan yang banyak menawarkan saya pada keindahan dunia saya disadarkan pada sebuah kisah tentang Santa Theresia dari kanak kanak Yesus. Seorang santa yang rendah hati dan sungguh sungguh mempunyai hati untuk melayani. Saya sudah mengenal dia bahkan banyak mempelajari buku bukuNya sewaktu saya S1 kemarin. Tapi saya tidak menemukan sesuatu yang menarik hati dan menjadikannya pelajaran yang berharga seperti sekarang ini. Saya tidak merasakan adanya gelombang cinta yang sebesar ini sebelumnya. Maka ketika dalam pencarian ini saya menemukan kembali apa yang disebut Theresia, sebagai jalan kecil. Theresia menjadi dasar saya untuk menjadi rendah hati serendah rendahnya, berkata iya untuk melayani apapun pekerjaan kita dengan sukacita dan mampu memberikan kasih sekecil kecilnya dari apa yang kita kerjakan. Santa Theresia dalam jalan kecilnya mengajarkan saya suatu hal yang menarik dan penting. 
Secara sederhana ia mengajak saya untuk tetap percaya akan cinta kasih Allah. Dalam jalan kecil, yang patut kita sadari adalah Allah yang kita sembah adalah Allah yang penuh cinta hati dan belas kasih. Allah bukanlah Allah yang keras hati dan sewenang wenang. Sebaliknya, Allah itu penuh belas kasih kepada umat manusia. Allah tidak tertarik pada akan dosa dosa manusia. Oleh karena itu Dia menawarkan kepada manusia kasihNya yang besar dan keterbukaanNya untuk mengampuni. Allah senantiasa tergerak oleh belas kasihan, seperti dinyatakan Yesus ketika melihat berbagai macam penderitaan dan situasi yang membelenggu manusia.
Maka untuk bisa merasakan, mengenali dan menerima cinta Allah yang seperti ini, manusia juga mesti bersentuhan dengan kelemahan kelemahannya sendiri. Manusia yang tak pernah mengakui kelemahan dan kecenderungannya jatuh ke dalam dosa, akan sulit merasakan belaskasihan dan cinta Allah. Dalam sikap semacam itu tersembunyi perasaan cukup dengan diri sendiri atau bahkan parahnya lagi adalah sikap tidak membutuhkan Allah. Sebaliknya, dalam pengakuan atas kelemahan manusiawi ini ada kesadaran akan perlunya pertolongan Allah. Ketika manusia membutuhkan pertolongan, dia akan lebih mudah mengatakan "Ya Allah datangla segera untuk menolong aku". Manusia menjadi semakin mampu, dengan rendah hati , menempatkannya dirinya di hadapan kasih Allah.
Yang membuat saya terkejut adalah Theresia meyakinkan saya bahwa semua adalah rahmat semata. Rahmat Allah yang tak terbatas bagi manusia. Bahkan keberhasilan manusia pun, bukan semata mata karena kekuatan manusiawinya, tetapi karena peran rahmat Allah sendiri. Maka jelas sekali, kita diharapkan mampu membuka diri terhadap kerja rahmat Allah sendiri. Kita membiarkan Allah bekerja menurut kehendakNya dalam hidup kita, hingga akhirnya kita diubah menajdi manusia baru dalam kasihNya.
Jalan kedua yang sungguh membuatku bertahan hinigga saat ini adalah Panggilanku adalah Cinta.
Theresia mengatakan "cinta meliputi seluruh panggilan dan panggilanku adalah cinta". Penghayatannya akan panggilan cinta ini menjadikan jalan hidupnya menjadi sangat bermakna, karena setiap hal bisa dikerjakannya dengan sebaik baiknya karena dia melakukannya dengan penuh cinta. Theresia pernah mengatakan "Cinta membuktikan dirinya dengan tindakan, jadi bagaimana saya menunjukkan cinta saya? Aku tidak bisa melakukan jalan besar. Cara yang dapat kulakukan untuk membuktikan cintaku adalah dengan menyebarkan bunda dan bunga ini adalah pengorbanan yang sangat kecil, setiap pandangan dan kata, dan hal yang kulakukan adalah aksi cinta yang terkecil".
Gambaran tindakan cintanya ini yang sungguh menginspirasi saya sekarang ini. Saya sadar sekarang saya bukan frater lagi sementara ini, maka saya merasakan diri saya yang bukan siapa siapa, diri yang tidak akan dipandang dan dianggap lagi. Ini kesempatan saya untuk belajar di bawah, belajar lepas bebas, belajar rendah hati menjadi yang tak ternilai. Semua keadaan ini membuat saya tidak menyerah dan telaten untuk belajar setia dalam menjalankan kebaikan kebaikan dalam setiap hal kecil yang dilakukan. Demi pernghayatan cinta ini saya diminta untuk berlatih "melupakan diri" dan membawa sukacita bagi banyak orang.

Semoga Theresia yang sungguh menginspirasi saya 
Menjadikan saya lebih lagi melayaniNya tanpa apa apa
Menjadi pelayanNya melakukan yang kecil.


Suprisely Proud
21.11.16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar