"Eh dit, aku capek banget di tempat baruku, di suruh sini, begitu pulang langsung diminta tugas sana.."
"Aku masuk angin neh, PR meriksa nilai anak banyak banget, sakit..."
"Aku aja sampai gak punya waktu buat aku sendiri..."
"Ini habis dari kunjungan sekolah, habis ini janji isi materi untuk sekolah X.."
"Oh Tuhan kenapa aku mendapat tempat seperti itu....salahkah aku?"
Itulah sebersit cerita dari berbagai sahabatku yang mengalami nasib sama ketika menjalani tugas toper. Dengan keadaan yang hampir tidak sama satu sama lain sejujurnya pengalaman pastoral kami SEHARUSNYA semakin kaya dan sungguh sungguh saling menguatkan (harusnya). Namun kalau saya lihat sepertinya teman teman tidak dapat belajar dengan baik dari pengalaman satu sama lain. Ketika satu mengeluh, mengapa yang lain jadi ikutan pamer bebannya masing-masing? Ketika satu bergembira, kenapa tidak ada yang memberikan semangat? Ketika satu meminta bantuan, kenapa sulit untuk memberikan tangan? Mana kabar kegembiraan enaknya tioper disana? Ketika ia sudah bercerita , tetapi melihat posisi kawannya rasanya LEBIH ENAK malah cemburu, ngemis minta dikasihani dan purapura miskin...duh mental seperti ini seh yang dipunya?
Pengalaman ini memberikan gambaran bagaimana nantinya saya akan menjadi imam dalam perutusannya yang sungguh beragam. Ketika kita dipercaya menjalani tugas dan menjalaninya. Rasanya sudah pasti melihat resiko yang harus ditanggung suka maupun tidak suka? Apakah memang ada pilihan? Maka ketika tugas sudah ada di tangan apakah tepat kita harus meratapi nasib dan terus menyesal....kasihan!
Inilah kenyataan yang mungkin tidak disadari oleh teman-teman (rasa saya). Saya melihat kenapa sampai hari ini tidak ada terbesit rasa syukur yang sungguh untuk menerima penempatan dan menempatkan diri untuk memberikan energi syukur ini kepada teman sejawat di tempat lain Jadi isi sharing itu bukan hanya keluhan semua yang mencari kawan. Lalu rasanya tidak oke kalau kita juga mengiyakan betapa tidak enaknya toper ini. Pemahaman ini bagi saya sungguh terbelakang dan tidak membangun. Bagaimana perasaan saling menguatkan itu tidak membangun.
Saya sendiri sejujurnya tidak pernah merasa pantas dan mau untuk toper di tempat saya sekarang ini. Siapa seh yang mau kalau saya harus menjadi seorang direksi, mengurus ini itu, mendapatkan posisi yang cukup sibuk di dua tempat (paroki dan kantor). Membagi perhatian dan kasih yang harus sama di waktu yang nyaris berbeda. Kalau mau dihitung-hitung juga capek dan melelahkan. Tapi nyatanya saya selalu bersyukur dan bergembira atas ladang yang saya tempati. Rasanya menumpuknya pekerjaan tidak membuat hidup saya sampai seakan-akan tersiksa, tidak punya waktu untuk diri sendiri, bangun pagi, tidakbisa berdoa, bosan, menjemukan, dan lain lain. Rasanya banyaknya tugas dan kesibukan justru memancing motivasi, ide, kreatifitas, kesempatan dan managerial yang baik untuk MEMBAGI WAKTU.
Jangan salahkan waktu, jangan salahkan keadaan dan Jangan sekali kali salahkan Tuhan.
Begitu banyak rasa syukur dibalik ini semua yang mendewasakan kita. Makanya sejujurnya kegembiraan inilah yang akhirny amembawa syukur dan sekaligus beban khususnya di angkatan. Ketika saya harus kumpul dengan angkatan, mesti saya sering diremehkan dan dicibir karena bagi mereka hidup toper saya NIKMAT. Saya hanya mengelus dada. Imbasnya saya sendiri sejujurnya tertantang untuk menyalurkan passion ini kepada yang lain.
Untung saya yang menjadi biting angkatan, ketika penempatan biting itu yang bagi saya sangat TERPAKSA, tidak manusiawi dan aneh karena mereka memilih saya hanya dengan alasan, SAYA dekat dengan REKTOR, Tugas saya paling ringan, Tugas saya paling dekat, Tugas saya paling ENAK. Rasanya menjadi tidak adil dan menjengkelkan. ITU TERASA ketika saya harus mengirim informasi dan tetek bengek yang jujur kadang tidak direspon baik oleh angkatan. Mengirim SMS ke papua dengan pulsa yang mahal, kadang dibalas dengan bahasa yang tidak enak dan minim. Banyak yang menyuruh saya seenaknya membelikan ini dan itu seakan akan saya tidak banyak pekerjaan. Kalau mau hitung-hitungan rasanya saya muak dan sebal.
Tapi lagi lagi inilah mungkin pelajaran yang mengajarkan saya akan bukti pengorbanan yang harus saya dapat sebagai uji dari kerendahan hati saya. Ketika TOPER ini sungguh menggembirakan, tantangan justru muncul dari angkatan dan adik kelas yang "merepotkan". Saya sendiri merasa justru ini tantangan bagi saya untuk mengembangkan PATIENT untuk memberikan perhatian pada orang lain, Satu sisi akhirnya rasa syukur saya justru akhirnya menolong saya. Saya yang untungnya mudah bersyukur dan menikmati, membuat saya tidak marah ketika diperlakukan seperti itu, ketika mampir ke kentungan, teman teman adik kelas mungkin mencibir saya karena tugas saya yang terlihat menyenangkan dan tidak berat. Ah elus dada...karena MEREKA tidak tahu apa yang saya lakukan dan tidak perlu tahu juga. Dipikirnya punya kafe, tugas keliling adlaah sesuatu yang ENAK..hahaha emang enak kalau kita bisa menghidupinya, tapi kan mereka gak tahu kalau saya punya deadline untukOMSET, punya rencana kerja untuk program SDM...ah sudahlah, biar saya dan Tuhan yang tahu...
Maka dari sini saya sendiri menyimpulkan semuanya kembali ke diri sendiri. Ketika cibiran, peremehan dan lain lain datang itu kembali kepada kita yang menangkap dan memaknai. Bagi saya asalkan kita terus bersyukur danberpikir positif, sampai hari ini kita akan bisa menikmati apa yang ada di depan kita.
Saya tidak pernah cemburu ketika kakak kelas bercerita uang topernya bisa sampai 1,5 juta per bulan. Bahkan akhir tahun bisa mendapat 6 juta. Atau ketika ia bisa berkeliling dan tamasya dengan umatnya lalu ?
Karena kalau kita melihat dengan passion, justru ini menjadikan kita gembira bahwa teman kita juga gembira. Setiap orang ada rejekinya masing masing. Setiap orang ada roda kehidupannya sendiri sendiri. Sampai kapan kita akan melihat RUMPUT TETANGGA LEBIH ASYIK DARI RUMPUT SENDIRI? Sampai kapan kita akan mencoba memulai mendukung dan mensupport?
Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh 1 x
dan sama-sama merasa sakit bersalin.
8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, y kita juga mengeluh 2 z dalam hati kita sambil menantikan a pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. b
8:24 Sebab kita diselamatkan c dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; d
sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. e
8:26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh f sendiri berdoa untuk kita 3 g
kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, h mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa i
untuk orang-orang kudus.
(roma 8 :22-27 )
Semoga hati setiap orang bisa demikian, khususnya bagi para toper. Percayalah anda dikirim dengan maksud dan kegembiraannya sendiri. Percaya pada Roh Allah yang akan membuat anda berpengharapan.
mari saling mendukung, memberikan hal baik dan saling mendoakan
saya sudah membuktikan dan percaya.Dengan kekurangan saya, dengan keterbatasan saya yang syaa serahkan dan percayakan pada tempat toper saya, saya akan banyak berkembang dan akan berguna bagi pelayanan saya nanti. Amin
berkah dalem
17/10/14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar