Horeee.......Dia bangkit, akhirnya!
Inilah ungkapan perasaan hatiku menunggu kegembiraan penuh dariNya. Nyata sudah
akan cinta yang terpenuhi dalam pencarianku. Dalam kebangkitan Yesus ada bukti
kepenuhan Harapan, Kesetiaan dan Hidup Baru. Membayangkan bagaimana aku
mengikuti megahnya liturgi paskah, membuka mataku akan makna dibalik itu semua.
Jelas selama 3 tema yang lalu Yesus menemani dalam kesendirianku. Kini Ia telah
pergi kembali kepadaNya. Maka kenangan akan Dia harus terus diingat dalam
cahaya lilin paskah. Api lilin paskah adalah lambang harapan yang ada di hati
kita, dari mereka yang terus percaya. Maka saat lilin ini bernyala, ada harapan
juga yang tumbuh akan kedatanganNya yang kedua besok.
Perjalanan kisah
kebangkitanNya yang pertama pun mengingatkanku akan Yesus yang tidak pernah
berubah. Dia tetap Yesus yang sederhana dan menawan. Dalam penampakannya kepada
para wanita, caranya juga tidak luar biasa dengan terbang kesana kemari. Ia
masih memperlihatkan kekonsistenannya dengan kelahiranNya yang juga sederhana.
Ia mengutus malaikat untuk menjaga makam kosongNya dan membiarkan proses alami
terjadi, ada komunikasi dan semuanya berjalan dengan baik. Para wanita juga
tidak terlihat berlebihan dengan kekecewaan yang dimiliki, dengan sabar mereka
menanti dan menemukan cara yang amat baik untuk percaya dan menyebarkan kabar
gembira tersebut.
Posisi sulit dari
para pengikutNya tidak menghalangi penyebaran kabar gembiraNya. Justru dibalik
tekanan dan kelemahan itu ada semangat bagi mereka untuk terus bertemu,
menghayati dan saing menyemangati satu sama lain. Seperti apa yang kurasakan
dalam kesendirian ini. Penyerahan diri kepadaNya adalah kunci kasih dan cinta
ini bisa berjalan. Kelemahan membuat diri merasa butuh pertolongan. Dengan
kerendahan hati yang dimiliki kita mengakui ketidakmampuan kita sehingga Rahmat
Allah akan sungguh dirasakan. Ia akan menyejukkan hati bagi kita yang dihina,
tidak dianggap dan “perlu belajar” supaya Tuhan mengangkat diriNya. Dengan ini
terasa rahmat Paskah tidak akan pernah mati dan selalu di hati kita.
Setelah Yesus
bangkit, ia mulai mengumpulkan kembali para murid-muridNya dengan menemui
mereka sendiri-sendiri. Bayangkan betapa remuk hati para murid karena pegangan
mereka telah mati. Mereka belum menyadari kebangkitanNya. Sulit membayangkan
maksud Yesus, sebagai Mesias yang satu ini. Namun dibalik keberpencarannya para
murid, aku melihat ada kesetiaan mereka untuk menunggu. Ketidakberdayaanlah
yang membuat mereka seperti ini. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Namun apa
yang dilakukan Yesus sebagai gembala menegaskan bahwa Ia tidak akan
meninggalkan domba-dombaNya. Kepasrahan para murid membawakan keselamatan bagi
mereka.
Kepasrahan
pertama terbukti pada Maria Magdalena yang mengunjungi makam Yesus sendiri. Ia
menangis karena pahlawanNya telah mati. Orang yang selama ini memberinya hidup
baru. Mungkin ia menangis karena tidak mampu membalas kebaikan yang
diberikanNya padanya. Keterbatasan ini juga mungkin dialami oleh para murid.
Maka bagiku tidak mungkin Yesus tidak mengetahuinya. Ia mau menyapa maria dan
murid muridnya dengan lembut dan membuat mereka sadar. Mereka berjumpa dengan
Tuhan yang telah bangkit. Betapa beruntungnya mereka, ketika Yesus sendiri
menegaskan ini dengan mengutus Roh Kudus hadir dalam mereka. Kehadirannya di
tengah para murid menandakan Ia akan selalu ada di tengah mereka yang berkumpul
karena percaya. Kehadiran Thomas mengingatkan kita untuk selalu percaya walau
kita tidak pernah melihatNya. Kisah ini semakin menguatkan siapa saja yang
ingin merasakah kehadiranNya di hati.
Yesus menghendaki
setiap muridnya untuk selalu setia dimanapun dan kapanpun. Begitu juga
denganku, tak perlu lah Ia membuktikan kesetiaanNya padaku. Nyatanya semua
cinta yang kurasakan sebelum mengenal diriNya secara mendalam adalah
pemberianNya. Apalagi ketika aku melihat kesetiaanNya ketika Ia bertahan dalam
luka dan derita sehabis-habisnya dalam sengsara salib. Ia bisa saja untuk
menjadi superhero dan menghentikan
kisah ini tapi Ia lebih memilih menahan sakit dan derita demi kita. Maka ketika
aku harus memutuskan untuk memilih menderita bersamaNya ada pencarian cinta
baru yang sungguh nyata dalam hidupku ke depan.
Cinta baru ini
menuntutku memiliki hati yang baru. Aku harus sungguh-sungguh menjalankan semua
kehidupan baru karena penebusan ini. Hati yang baru, insya Yesus akan mengajakku menjadi Edith yang lebih rendah hati,
terus menyapa, lebih tenang dan meneng, pemaaf, tetap terbuka, ceria, harus sangat
kurus, tidak rakus (terutama makanan), punya quality time denganNya, umat
dan para sahabat yang khusus (harus!), loyal, hidup sehat dan ramah lingkungan,
ramah hati, tidak malas dan yang paling penting menjaga kekonsistenan doaku.
Semoga tahun ini setidaknya ada yang berjalan lebih sehingga cintaNya itu tidak
berkurang dalam diriku.
Yesus juga
menjadi inspirasiku untuk melihat visi masa depanku sebagai calon imam. Dahulu
aku ingin sekali menjadi Romo yang berdedikasi pada sosial. Saat ini keinginan
itu juga semakin kuat memotivasiku untuk lebih realistis dari apa yang kupunya
sekarang. Tidak perlu menunggu lama, dimulai saja dari hidupku besok,dari yang
sederhana yang bisa seorang frater paroki lakukan. Semoga aku sebagai dombaNya
selalu setia, taat (pada Gereja dan Dia), believe
& trust dan sederhana. Sebagai calon gembala umat, semoga aku semakin
bisa ngemong, pangerten, melayani dan
siap sedia. Amin.
Pernah mendengar
kata True Love Never Lies? Itu yang
aku alami akan sosok Yesus. Baru saat ini seorang Yesus sungguh begitu berarti
mengalahkan pahlawan hati dalam kehidupanku sehari hari. Mengapa bisa demikian?
Itu karena aku punya waktu khusus yang banyyaaaaaakkkk...sekali
hanya berdua bersamanya. Rasanya hubungan ini memperjelas kekusutan kesedihan
dan bagaimana cara membina “hubungan” yang sehat saat aku berada di dunia
nyata. Jelas padaku sekarang bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan dan
merasakan cinta sejati secara nyata. Cinta orang tua, sahabat dan keluarga seh sudah pasti, tapi seperti kalau di
film-film romantis yang mendapatkan pasangan hidupnya rasanya harus kututup
rapat-rapat keinginannya. Bagaimanapun aku menyadari cinta sejatiku tidak di
dunia ini. Oleh karenanya aku harus percaya dan sabar menunggu sampai Ia
memberikannya langsung di depanku.
Mungkin ini
sebuah hal yang sepele, tapi bagiku tidak. Hal ini begitu penting karena ini
membangun persepsi dan gerak rohani yang baru bagiku. Selama ini aku telah
menepuk cintaku sebelah tangan bukan padaNya. Ia telah menunjukkan berkali kali
cintaNya lewat kejadian, pengalaman dan orang di sekelilingku. Ya, termasuk
pengalaman penziarahan ini. Maka aku hanya bisa membuktikannya secara langsung,
cintaku ini. Yesus, mungkin aku tidak pernah menyadari cintaMu yang sebenarnya.
Tapi aku selalu percaya cintaMu selalu ada buatku, lepas sadar apa tidak dan
itu dasyat rasanya.
PenampakanNya
kepada semua murid dan orang yang dikasihi menandakan kerendahan hatiNya untuk
mengumpulkan orang-orang yang pernah mengkhianatinya, terkecuali para wanita
yang setia. Kisah Maria Magdalena dan para wanita membuatku terharu. Aku
sebagai laki-laki kadang-kadang merasa malu karena sering menyangkalNya melebihi
ketakutanku sendiri akan imanku. Aku tidak tersadar pada janjiNya yang terbukti
benar. Kisah dimana ia makan bersama murid-muridNya di tepi danau Galilea
menunjukkan kasihNya sekali lagi. Ia memperkenalkan sebuah manajemen yang baik.
Manajemen yang berbeda dari seorang pemimpin yang selama ini pernah kulihat.
Ia berani memulai
dari akar rumput manusia, makan! Kebutuhan dasar yang pasti akan mengakrabkan
sesama. Bagi mereka yang makan bersama, kebersamaan akan melupakan segala
kemarahan dan kelelahan. Mungkin secara tidak langsung Yesus mau mengatakan hal
itu. Setelah ia berbagi makanan dan berbincang sebentar. Ia kembali mempercayai
kepemimpinan selanjutnya pada Petrus, seorang yang telah mengkhianantinya 3
kali. Bagiku tidak mudah melakukan tanggung jawab besar pada orang yang telah
menyakitimu. Bagaimana tidak, masakan kamu mau melihat hasil kerjamu akan
berantakan oleh mereka yang membencimu? Tapi ini sayangnya bukan aku, melainkan
Yesus. Disini aku belajar untuk memahami kata maaf dan percaya. Yesus tahu
Petrus tidak akan membenciNya, ia mengasihiNya. Maka ia berani dan membuktikan
padaku tidak selamanya seseorang jelek akan jelek, bahaya labelling terpatahkan disini.
Komunitas dan
kebersamaan adalah kata kunci Gereja hadir di dunia. Tanpa pengalaman komunal
tidak mungkin rasanya para rasul bisa mempertahankan ajaran Gereja dengan baik.
Maka kesucian iman personal juga tergantung dalam komunal anggotanya. Begitu
pentingnya ya arti kata komunitas
bagi iman Gereja. Hal ini menjadi pertanyaan dalam benakku? Sudahkah aku
mencintai komunitasku? Paulus yang berjuang menyemangati umat di Filipi
mengingatkanku akan angkatanku sebagai keluarga terkecil yang kupunya. Banyak
kenangan manis dan lucu selama 5 tahun bersama mereka. Maka aku akan mengiyakan
bila ini membuat seseorang akan betah bertahan dalam panggilannya sekaligus
menghancurkannya. Bagai buah simalakama, mereka yang tergantung sekaligus
mereka yang tidak peduli akan menerima kehancurannya cepat atau lambat. Tapi
mereka yang mampu merasakan solidaritas sejati akan merasakan hikmahnya iman
kebersamaan.
Berangkat dari
peran Yesus yang berakhir digantikan oleh tugas muridnya mengawali kisah
berdirinya Gereja. Yesus punya misi yang indah akan kerajaan Allah. Maka Gereja
bertanggung jawab mempertahankan dan menyebarkan misi itu sesuai dengan
kebutuhan jaman yang ada. Misi Yesus bagiku sebenarnya sangat sederhana yaitu
mewartakan Kerajaan Surga. Tapi misi ini jujur sangat luas dan
mengambang-ambang. Situ mau apa
dengan Kerajaan Surga? Dalam kisahNya dikatakan misi Yesus berhubungan dengan
pengajaran, pengusiran Setan, penyembuhan, hidup doa dan perhatianny. Kegiatan
ini adalah sarana nyata yang mau mengatakan ada keselamatan bagi mereka yang
percaya kehadiran Allah tanpa terhalangi hukum Taurat yang bodoh. Yesus tidak
pernah berbicara soal diriNya apalagi kehebatanNya. Maka sudah jelas maksudNya
misi Gereja haruslah misiNya dan MisiNya adalah misiku.
Sejujurnya sangat
sulit mencari gerak kehendakNya berbicara misi yang bisa kulakukan. Namun dalam
permenunganku Ia tidak memintaku lebih. Ia hanya berpesan untuk menjalankan
reksa pastoralku besok dengan kasih yang lebih. Sederhana memang, tapi melihat
besok medanku di Wedi membutuhkan pemikiran dan doa ekstra supaya namaNya
nampak jelas. Dalam benakku, aku membayangkan besok misiku adalah membantu
pelayanan pastoral di Wedi apapun bentuknya, entah kategorial, ibadat,
rekoleksi, kunjungan umat, dll. Hidup sehat baik menjaga tubuhku dan
lingkungan, membantu reksa kesekretariatan dan lebih banyak di rumah . Sederhana
tapi jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar