Senin, 14 September 2015

Sekumpulan insight : Chapter fourth Menyertai Dia



                Horeee.......Dia bangkit, akhirnya! Inilah ungkapan perasaan hatiku menunggu kegembiraan penuh dariNya. Nyata sudah akan cinta yang terpenuhi dalam pencarianku. Dalam kebangkitan Yesus ada bukti kepenuhan Harapan, Kesetiaan dan Hidup Baru. Membayangkan bagaimana aku mengikuti megahnya liturgi paskah, membuka mataku akan makna dibalik itu semua. Jelas selama 3 tema yang lalu Yesus menemani dalam kesendirianku. Kini Ia telah pergi kembali kepadaNya. Maka kenangan akan Dia harus terus diingat dalam cahaya lilin paskah. Api lilin paskah adalah lambang harapan yang ada di hati kita, dari mereka yang terus percaya. Maka saat lilin ini bernyala, ada harapan juga yang tumbuh akan kedatanganNya yang kedua besok.
                Perjalanan kisah kebangkitanNya yang pertama pun mengingatkanku akan Yesus yang tidak pernah berubah. Dia tetap Yesus yang sederhana dan menawan. Dalam penampakannya kepada para wanita, caranya juga tidak luar biasa dengan terbang kesana kemari. Ia masih memperlihatkan kekonsistenannya dengan kelahiranNya yang juga sederhana. Ia mengutus malaikat untuk menjaga makam kosongNya dan membiarkan proses alami terjadi, ada komunikasi dan semuanya berjalan dengan baik. Para wanita juga tidak terlihat berlebihan dengan kekecewaan yang dimiliki, dengan sabar mereka menanti dan menemukan cara yang amat baik untuk percaya dan menyebarkan kabar gembira tersebut.
                Posisi sulit dari para pengikutNya tidak menghalangi penyebaran kabar gembiraNya. Justru dibalik tekanan dan kelemahan itu ada semangat bagi mereka untuk terus bertemu, menghayati dan saing menyemangati satu sama lain. Seperti apa yang kurasakan dalam kesendirian ini. Penyerahan diri kepadaNya adalah kunci kasih dan cinta ini bisa berjalan. Kelemahan membuat diri merasa butuh pertolongan. Dengan kerendahan hati yang dimiliki kita mengakui ketidakmampuan kita sehingga Rahmat Allah akan sungguh dirasakan. Ia akan menyejukkan hati bagi kita yang dihina, tidak dianggap dan “perlu belajar” supaya Tuhan mengangkat diriNya. Dengan ini terasa rahmat Paskah tidak akan pernah mati dan selalu di hati kita.
                Setelah Yesus bangkit, ia mulai mengumpulkan kembali para murid-muridNya dengan menemui mereka sendiri-sendiri. Bayangkan betapa remuk hati para murid karena pegangan mereka telah mati. Mereka belum menyadari kebangkitanNya. Sulit membayangkan maksud Yesus, sebagai Mesias yang satu ini. Namun dibalik keberpencarannya para murid, aku melihat ada kesetiaan mereka untuk menunggu. Ketidakberdayaanlah yang membuat mereka seperti ini. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Namun apa yang dilakukan Yesus sebagai gembala menegaskan bahwa Ia tidak akan meninggalkan domba-dombaNya. Kepasrahan para murid membawakan keselamatan bagi mereka.
                Kepasrahan pertama terbukti pada Maria Magdalena yang mengunjungi makam Yesus sendiri. Ia menangis karena pahlawanNya telah mati. Orang yang selama ini memberinya hidup baru. Mungkin ia menangis karena tidak mampu membalas kebaikan yang diberikanNya padanya. Keterbatasan ini juga mungkin dialami oleh para murid. Maka bagiku tidak mungkin Yesus tidak mengetahuinya. Ia mau menyapa maria dan murid muridnya dengan lembut dan membuat mereka sadar. Mereka berjumpa dengan Tuhan yang telah bangkit. Betapa beruntungnya mereka, ketika Yesus sendiri menegaskan ini dengan mengutus Roh Kudus hadir dalam mereka. Kehadirannya di tengah para murid menandakan Ia akan selalu ada di tengah mereka yang berkumpul karena percaya. Kehadiran Thomas mengingatkan kita untuk selalu percaya walau kita tidak pernah melihatNya. Kisah ini semakin menguatkan siapa saja yang ingin merasakah kehadiranNya di hati.
                Yesus menghendaki setiap muridnya untuk selalu setia dimanapun dan kapanpun. Begitu juga denganku, tak perlu lah Ia membuktikan kesetiaanNya padaku. Nyatanya semua cinta yang kurasakan sebelum mengenal diriNya secara mendalam adalah pemberianNya. Apalagi ketika aku melihat kesetiaanNya ketika Ia bertahan dalam luka dan derita sehabis-habisnya dalam sengsara salib. Ia bisa saja untuk menjadi superhero dan menghentikan kisah ini tapi Ia lebih memilih menahan sakit dan derita demi kita. Maka ketika aku harus memutuskan untuk memilih menderita bersamaNya ada pencarian cinta baru yang sungguh nyata dalam hidupku ke depan.
                Cinta baru ini menuntutku memiliki hati yang baru. Aku harus sungguh-sungguh menjalankan semua kehidupan baru karena penebusan ini. Hati yang baru, insya Yesus akan mengajakku menjadi Edith yang lebih rendah hati, terus menyapa, lebih tenang dan meneng,  pemaaf, tetap terbuka, ceria, harus sangat kurus, tidak rakus (terutama makanan), punya quality time  denganNya, umat dan para sahabat yang khusus (harus!), loyal, hidup sehat dan ramah lingkungan, ramah hati, tidak malas dan yang paling penting menjaga kekonsistenan doaku. Semoga tahun ini setidaknya ada yang berjalan lebih sehingga cintaNya itu tidak berkurang dalam diriku.
                Yesus juga menjadi inspirasiku untuk melihat visi masa depanku sebagai calon imam. Dahulu aku ingin sekali menjadi Romo yang berdedikasi pada sosial. Saat ini keinginan itu juga semakin kuat memotivasiku untuk lebih realistis dari apa yang kupunya sekarang. Tidak perlu menunggu lama, dimulai saja dari hidupku besok,dari yang sederhana yang bisa seorang frater paroki lakukan. Semoga aku sebagai dombaNya selalu setia, taat (pada Gereja dan Dia), believe & trust dan sederhana. Sebagai calon gembala umat, semoga aku semakin bisa ngemong, pangerten, melayani dan siap sedia. Amin.
                Pernah mendengar kata True Love Never Lies? Itu yang aku alami akan sosok Yesus. Baru saat ini seorang Yesus sungguh begitu berarti mengalahkan pahlawan hati dalam kehidupanku sehari hari. Mengapa bisa demikian? Itu karena aku punya waktu khusus yang banyyaaaaaakkkk...sekali hanya berdua bersamanya. Rasanya hubungan ini memperjelas kekusutan kesedihan dan bagaimana cara membina “hubungan” yang sehat saat aku berada di dunia nyata. Jelas padaku sekarang bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan dan merasakan cinta sejati secara nyata. Cinta orang tua, sahabat dan keluarga seh sudah pasti, tapi seperti kalau di film-film romantis yang mendapatkan pasangan hidupnya rasanya harus kututup rapat-rapat keinginannya. Bagaimanapun aku menyadari cinta sejatiku tidak di dunia ini. Oleh karenanya aku harus percaya dan sabar menunggu sampai Ia memberikannya langsung di depanku.
                Mungkin ini sebuah hal yang sepele, tapi bagiku tidak. Hal ini begitu penting karena ini membangun persepsi dan gerak rohani yang baru bagiku. Selama ini aku telah menepuk cintaku sebelah tangan bukan padaNya. Ia telah menunjukkan berkali kali cintaNya lewat kejadian, pengalaman dan orang di sekelilingku. Ya, termasuk pengalaman penziarahan ini. Maka aku hanya bisa membuktikannya secara langsung, cintaku ini. Yesus, mungkin aku tidak pernah menyadari cintaMu yang sebenarnya. Tapi aku selalu percaya cintaMu selalu ada buatku, lepas sadar apa tidak dan itu dasyat rasanya.
                PenampakanNya kepada semua murid dan orang yang dikasihi menandakan kerendahan hatiNya untuk mengumpulkan orang-orang yang pernah mengkhianatinya, terkecuali para wanita yang setia. Kisah Maria Magdalena dan para wanita membuatku terharu. Aku sebagai laki-laki kadang-kadang merasa malu karena sering menyangkalNya melebihi ketakutanku sendiri akan imanku. Aku tidak tersadar pada janjiNya yang terbukti benar. Kisah dimana ia makan bersama murid-muridNya di tepi danau Galilea menunjukkan kasihNya sekali lagi. Ia memperkenalkan sebuah manajemen yang baik. Manajemen yang berbeda dari seorang pemimpin yang selama ini pernah kulihat.
                Ia berani memulai dari akar rumput manusia, makan! Kebutuhan dasar yang pasti akan mengakrabkan sesama. Bagi mereka yang makan bersama, kebersamaan akan melupakan segala kemarahan dan kelelahan. Mungkin secara tidak langsung Yesus mau mengatakan hal itu. Setelah ia berbagi makanan dan berbincang sebentar. Ia kembali mempercayai kepemimpinan selanjutnya pada Petrus, seorang yang telah mengkhianantinya 3 kali. Bagiku tidak mudah melakukan tanggung jawab besar pada orang yang telah menyakitimu. Bagaimana tidak, masakan kamu mau melihat hasil kerjamu akan berantakan oleh mereka yang membencimu? Tapi ini sayangnya bukan aku, melainkan Yesus. Disini aku belajar untuk memahami kata maaf dan percaya. Yesus tahu Petrus tidak akan membenciNya, ia mengasihiNya. Maka ia berani dan membuktikan padaku tidak selamanya seseorang jelek akan jelek, bahaya labelling terpatahkan disini.
                Komunitas dan kebersamaan adalah kata kunci Gereja hadir di dunia. Tanpa pengalaman komunal tidak mungkin rasanya para rasul bisa mempertahankan ajaran Gereja dengan baik. Maka kesucian iman personal juga tergantung dalam komunal anggotanya. Begitu pentingnya ya arti kata komunitas bagi iman Gereja. Hal ini menjadi pertanyaan dalam benakku? Sudahkah aku mencintai komunitasku? Paulus yang berjuang menyemangati umat di Filipi mengingatkanku akan angkatanku sebagai keluarga terkecil yang kupunya. Banyak kenangan manis dan lucu selama 5 tahun bersama mereka. Maka aku akan mengiyakan bila ini membuat seseorang akan betah bertahan dalam panggilannya sekaligus menghancurkannya. Bagai buah simalakama, mereka yang tergantung sekaligus mereka yang tidak peduli akan menerima kehancurannya cepat atau lambat. Tapi mereka yang mampu merasakan solidaritas sejati akan merasakan hikmahnya iman kebersamaan.
                Berangkat dari peran Yesus yang berakhir digantikan oleh tugas muridnya mengawali kisah berdirinya Gereja. Yesus punya misi yang indah akan kerajaan Allah. Maka Gereja bertanggung jawab mempertahankan dan menyebarkan misi itu sesuai dengan kebutuhan jaman yang ada. Misi Yesus bagiku sebenarnya sangat sederhana yaitu mewartakan Kerajaan Surga. Tapi misi ini jujur sangat luas dan mengambang-ambang. Situ mau apa dengan Kerajaan Surga? Dalam kisahNya dikatakan misi Yesus berhubungan dengan pengajaran, pengusiran Setan, penyembuhan, hidup doa dan perhatianny. Kegiatan ini adalah sarana nyata yang mau mengatakan ada keselamatan bagi mereka yang percaya kehadiran Allah tanpa terhalangi hukum Taurat yang bodoh. Yesus tidak pernah berbicara soal diriNya apalagi kehebatanNya. Maka sudah jelas maksudNya misi Gereja haruslah misiNya dan MisiNya adalah misiku.
                Sejujurnya sangat sulit mencari gerak kehendakNya berbicara misi yang bisa kulakukan. Namun dalam permenunganku Ia tidak memintaku lebih. Ia hanya berpesan untuk menjalankan reksa pastoralku besok dengan kasih yang lebih. Sederhana memang, tapi melihat besok medanku di Wedi membutuhkan pemikiran dan doa ekstra supaya namaNya nampak jelas. Dalam benakku, aku membayangkan besok misiku adalah membantu pelayanan pastoral di Wedi apapun bentuknya, entah kategorial, ibadat, rekoleksi, kunjungan umat, dll. Hidup sehat baik menjaga tubuhku dan lingkungan, membantu reksa kesekretariatan dan lebih banyak di rumah . Sederhana tapi jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar