Jumat, 23 Oktober 2015

Bila Kerahiman Allah adalah Jawaban yang Terakhir



Dalam perkembangan TOPer selama 2 bulan ini, saya melihat dan menimbang arah pastor yang dimungkinkan berkembang adalah berbagai kegiatan yang berpihak pada KLMTD. Yesus menegaskan dalam khotbah di bukit ,“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat 5:3). Senyatanya Paroki Wedi yang notabene keadaan ekonomi umatnya menengah kebawah harus memiliki kepedulian untuk berbagi kasih. Kegiatan belas kasih jasmani yang sudah dilakukan dan menjadi kekhasan antara lain adanya kesadaran dana pendidikan, dana bedah rumah serta kepedulian sosial. Kegiatan tersebut sayangnya belum diiringi dengan kegiatan belas kasih rohani yang juga diperlukan yaitu membimbing orang yang tidak tahu, menasihati yang ragu-ragu, menghibur yang bersedih, menegur pendosa, menanggung kesalahan dengan sabar, kunjungan orang sakit dan mengampuni semua yang melukai dan mendoakan orang, baik yang hidup maupun yang sudah meninggal.
Mengingat tahun ini Gereja Semesta menyambut Tahun Yubileum Agung Kerahiman Allah[1]. Diharapkan banyak peluang hadir dalam tiap keluarga di untuk dapat merasakan sungguh kerahiman Allah. Yesus sebagai wajah kerahiman Allah harus hadir dalam kegiatan ini. Maka kegiatan yang saat ini mulai digalakan adalah kunjungan orang sakit secara rutin untuk mendoakan mereka yang membutuhkan sapaan dan harapan akan firman Tuhan. Kegiatan ini juga memotivasi umat untuk terus bertahan dalam penderitaan dan semakin dekat denganNya. Apalagi saat ini banyak umat Wedi yang menjadi korban sakit hati karena “pertikaian” antar Romonya terdahulu. Maka ketika penyelesaian secara mufakat tidak menemukan jawaban selama ini, harapannya kegiatan ini mampu menyapa dan merangkul mereka. Rasanya saya berharap jika keadilan tidak menemukan jawabannya, maka Kerahiman Allah adalah jawaban terakhir.



[1] Paus Fransiskus, Bulla Misericordiae Vultus, Kepausan Vatikan, 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar