Bahasa Jawa itu sulit, butuh banyak praktek dan kerendahan hati
Belajar bahasa jawa bagi saya tidak hanya sekedar belajar bahasa. Belajar bahasa jawa merupakan bagian dari pengolahan hidup untuk memaknai hidup sampai pada dasar tujuan hidupnya. Kesadaran ini yang menurut saya menambah sulitnya memahami sebuah "kelebihan" tersendiri yang saya rasakan. Lebihnya apa? hanya saya dan anda yang tahu, terutama mereka yang pernah mendalami bahasa jawa ini. Bagi saya pengalaman mengenal bahasa Jawa adalah sesuatu yang amazing. Amazing bukan sekedar yeal semangat belaka, tapi ada sebuah kesempatan untuk melampaui dari apa yang saya miliki tentunya menjadi lebih baik lagi.
Selama saya mendalami bahasa jawa (dengan ukuran saya lho tentunya), saya menemukan sebuah pengertian tentang pentingnya untuk menghargai orang lain lebih lebih dari diri saya sendiri. Memang yang paling kerasa buat saya, orang jawa itu diajak untuk benar benar meletakkan "harga diri" nya kepada orang lain. Ketika kita berbicara yang kasar bagi kita dan yang halus bagi orang lan, itu sebenarnya sebuah bentuk "pengorbanan" yang luar biasa yang bagi saya " tunggu dulu" untuk dilakukan. Maka belajar dengan penyadaran ini saya harus benar benar bisa meletakkan keapa-apanya saya ini dihadapan orang lain, bahwa saya bukan siapa siapa dan anda lah yang luar biasa.
Kesimpulannya akhirnya lagi-lagi saya menemukan sebuah pembelajaran kerendahan hati yang luar biasa, di luar dari faktor x yang lain lho ya. Apalagi saya merasakan ketika kita berbicara haruslah memperhatikan pemilihan tetembungan alias penggunaan kata yang tepat dalam sistematika yang anehnya hanya bisa dirasakan oleh mereka yang memahami bahasa jawa.
Semua kelebihan ini bisa saya rasakan setelah melalui proses pembelajaran. Meskipun saya sendiri merasa masih sangat minimalis dan belum sungguh sungguh mumpuni. Tapi sejauh saya mendalami apa yang menjadi tugas perutusan saya. Sedikitnya saya merasa pribadi ini menjadi lebih tenang, ayem dan memahami seluk beluk kepribadian tiyang jawi yang notabene tidak "ugal-ugalan dan nerima" apa yang terjadi. Banyak hal yang memang perlu saya lawan dalam menjalani proses ini. Seperti kepribadian saya yang nampak terlihat berani, vulgar dan terbuka. Yang mungkin bagi sebagian orang dianggap seronok dan tidak rendah hati. Proses ini semua yang akhirnya menyadarkan saya untuk berani merendahkan diri, menerima bahwa diri ini harus mau berubah, belajar untuk sigap dalam sini kini.
Akhir kata setiap proses belajar apapun yang membangun diri baik itu kecil, sepele dan sederhana bisa berdampak besar kalau kita menyadari di belakang itu sungguh ada makna yang tersirat dan perlu menjadi kesadaran, manusia akan terus belajar sampai kapanpun. Semangat!
Berkah Dalem
XOXO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar