Rabu, 27 April 2016

Diam dan Menikmati BersamaNya



           Tidak terasa sudah lebih dari 9 bulan saya diutus untuk belajar mengenal dan berorientasi untuk tugas pastoral di tempat ini. Ada banyak hal yang sungguh saya dapat sebagai masukan dan contoh untuk menjadi imam yang baik.  Mulai dari hal yang bersifat liturgis, memimpin ngrukti layon, memimpin berbagai aneka ibadat sabda, belajar khotbah baik itu bahasa Indonesia dan bahasa jawa, belajar memberikan renungan dan sharing tentang iman, memberikan pelayanan sebagai pro diakon, mengirimkan komuni dan kunjungan orang sakit dan terlantar, memberikan pelayanan doa dan berkat sakramentali seperti pemberkatan rumah, ibadat syukuran, midodareni dan ulang tahun, hingga mengirimkan permenungan untuk grup omk dan kerahiman ilahi
Kemudian juga secara pastoral saya belajar untuk mendampingi OMK dan Misdinar serta berbagai paguyuban yang ada seperti WKRI, Ibu Paroki, Karismatik, Taize, Yudas Tadeus, Yoakim Anna, Timbalan dll. Saya dimampukan untuk mengenal umat lebih dalam dengan bersama sama urun rembug, membantu memberikan saran, menjadi wadah untuk mendengarkan keluh kesah dan cerita mereka. Saya juga diajak masuk ke dalam kesulitan “nyata” yang dialami umat, bagaimana susahnya untuk mendapatkan sesuap nasi hingga membagi waktu dalam pelayanan. Apalagi dinamika umat Wedi itu dinamis dan mandiri. Maka sebenarnya tidak sulit bagi Romo dan Frater disini karena sesungguhnya mereka bisa bergerak sendiri.
Dalam 9 bulan ini sungguh terasa bagi saya melihat bagaimana sibuknya menjadi Pastor Paroki, yang harus siap sedia hadir untuk umat. Pelayanan sakramen membuat kehadiran mereka sungguh diperlukan dan tidak bisa tergantikan. Saya sendiri merasa bahwa perlu ada manajemen waktu yang konsisten dan disiplin dalam menjalankan dan menyeimbangkan tugas baik untuk kepentingan diri, rohani maupun umat. Semuanya ini penting dan bermakna bagi diri saya, namun dibalik itu ada tugas utama saya yang diminta untuk diolah dan dillatih. Tentunya pengolahan kepribadian dan kematangan dalam pemutusan panggilan yang sedang saya geluti. Ketika mendengar seluruh rekomendasi yang diberikan saat itu, jujur saja hal tersebut sulit bagi saya untuk maju dan berbenah. Ada rasa tidak pantas dan berat bagi saya untuk bisa “lolos” dari kriteria yang ideal.
Sempat mengalami frustasi dan kebingungan yang mendalam mengakibatkan saya lari dalam berbagai aktitas. Berbagai penolakan dalam diri saya rupanya tidak bisa didamaikan dengan semangat rendah hati dan pengorbanan yang saya perjuangkan. Selama 3 bulan awal saya mengalami berbagai tantangan yang sesungguhnya menyakitkan namun tidak bisa saya keluarkan. Rasa sakit mengakibatkan saya menjadi diri yang lemah, malas, tidak bergairah bahkan dengan ekaristi sekalipun. Ada keinginan besar untuk mundur bahkan ingin diucapkan seketika itu juga. Tapi saya mau taat dan percaya dengan perutusan ini. Proses selanjutnya membuat saya terbuka. Ketika kerahiman Allah menjelaskan semuanya bagi saya. Mulai dari inspirasi-inspirasi para Romo yang mengajak saya untuk kuat, rekoleksi yang menyegarkan kekosongan ini, bimbingan rohani dan Romo rektor sendiri yang meminta saya untuk kuat dan bertahan, pelan pelan mengajak saya untuk mulai menata hati.
Maka di bulan bulan akhir ini malah memuat saya tenang dan pasrah. Mungkin penilaian staff sudah telanjur tercoret dalam diri saya. Tapi saya percaya Tuhan telah mengampuni saya. Saya saat ini malah tertarik untuk hening dan banyak diam di kamar. Memang schedule yang dibuat OMK dan perbagai aktivitas di paroki memang dijadwalkan berkurang. Ini saya manfaatkan untuk membaca, membuat refleksi, merenung, belajar bahasa jawa, TOEFL serta hal-hal lain yang belum sempat saya buat. Saya malah lebih menikmati untuk mengikuti misa, brevier dan doa pribadi. Saya sadar saat ini bukan yang saya bisa membawa diri saya sendiri. Saya butuh kekuatan Tuhan untuk membawa dan menolong saya. Inilah yang semakin mendekatkan saya denganNya bahwa sampai kapanpun, entah saya melanjutkan apa tidak. Saya tetap memerlukanNya dan Ialah yang hadir untuk menolong saya. Diam di dalamNya mengajak saya untuk lepas bebas dan berpasrah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar