Tidak terasa sudah lebih dari 9 bulan saya diutus untuk belajar
mengenal dan berorientasi untuk tugas pastoral di tempat ini. Ada banyak hal
yang sungguh saya dapat sebagai masukan dan contoh untuk menjadi imam yang
baik. Mulai dari hal yang bersifat
liturgis, memimpin ngrukti layon, memimpin berbagai aneka ibadat
sabda, belajar khotbah baik itu bahasa Indonesia dan bahasa jawa, belajar
memberikan renungan dan sharing tentang iman, memberikan pelayanan sebagai pro
diakon, mengirimkan komuni dan kunjungan orang sakit dan terlantar, memberikan
pelayanan doa dan berkat sakramentali seperti pemberkatan rumah, ibadat
syukuran, midodareni dan ulang tahun, hingga mengirimkan permenungan untuk grup
omk dan kerahiman ilahi
Kemudian juga secara pastoral saya belajar untuk mendampingi
OMK dan Misdinar serta berbagai paguyuban yang ada seperti WKRI, Ibu Paroki,
Karismatik, Taize, Yudas Tadeus, Yoakim Anna, Timbalan dll. Saya dimampukan
untuk mengenal umat lebih dalam dengan bersama sama urun rembug, membantu
memberikan saran, menjadi wadah untuk mendengarkan keluh kesah dan cerita
mereka. Saya juga diajak masuk ke dalam kesulitan “nyata” yang dialami umat,
bagaimana susahnya untuk mendapatkan sesuap nasi hingga membagi waktu dalam
pelayanan. Apalagi dinamika umat Wedi itu dinamis dan mandiri. Maka sebenarnya
tidak sulit bagi Romo dan Frater disini karena sesungguhnya mereka bisa
bergerak sendiri.
Dalam 9 bulan ini sungguh terasa bagi saya melihat bagaimana
sibuknya menjadi Pastor Paroki, yang harus siap sedia hadir untuk umat. Pelayanan
sakramen membuat kehadiran mereka sungguh diperlukan dan tidak bisa
tergantikan. Saya sendiri merasa bahwa perlu ada manajemen waktu yang konsisten
dan disiplin dalam menjalankan dan menyeimbangkan tugas baik untuk kepentingan
diri, rohani maupun umat. Semuanya ini penting dan bermakna bagi diri saya,
namun dibalik itu ada tugas utama saya yang diminta untuk diolah dan dillatih.
Tentunya pengolahan kepribadian dan kematangan dalam pemutusan panggilan yang
sedang saya geluti. Ketika mendengar seluruh rekomendasi yang diberikan saat
itu, jujur saja hal tersebut sulit bagi saya untuk maju dan berbenah. Ada rasa
tidak pantas dan berat bagi saya untuk bisa “lolos” dari kriteria yang ideal.
Sempat mengalami frustasi dan kebingungan yang
mendalam mengakibatkan saya lari dalam berbagai aktitas. Berbagai penolakan
dalam diri saya rupanya tidak bisa didamaikan dengan semangat rendah hati dan
pengorbanan yang saya perjuangkan. Selama 3 bulan awal saya mengalami berbagai
tantangan yang sesungguhnya menyakitkan namun tidak bisa saya keluarkan. Rasa
sakit mengakibatkan saya menjadi diri yang lemah, malas, tidak bergairah bahkan
dengan ekaristi sekalipun. Ada keinginan besar untuk mundur bahkan ingin
diucapkan seketika itu juga. Tapi saya mau taat dan percaya dengan perutusan
ini. Proses selanjutnya membuat saya terbuka. Ketika kerahiman Allah
menjelaskan semuanya bagi saya. Mulai dari inspirasi-inspirasi para Romo yang
mengajak saya untuk kuat, rekoleksi yang menyegarkan kekosongan ini, bimbingan
rohani dan Romo rektor sendiri yang meminta saya untuk kuat dan bertahan, pelan
pelan mengajak saya untuk mulai menata hati.
Maka di bulan bulan akhir ini malah memuat saya
tenang dan pasrah. Mungkin penilaian staff sudah telanjur tercoret dalam diri
saya. Tapi saya percaya Tuhan telah mengampuni saya. Saya saat ini malah
tertarik untuk hening dan banyak diam di kamar. Memang schedule yang dibuat OMK
dan perbagai aktivitas di paroki memang dijadwalkan berkurang. Ini saya
manfaatkan untuk membaca, membuat refleksi, merenung, belajar bahasa jawa, TOEFL
serta hal-hal lain yang belum sempat saya buat. Saya malah lebih menikmati
untuk mengikuti misa, brevier dan doa pribadi. Saya sadar saat ini bukan yang saya
bisa membawa diri saya sendiri. Saya butuh kekuatan Tuhan untuk membawa dan
menolong saya. Inilah yang semakin mendekatkan saya denganNya bahwa sampai
kapanpun, entah saya melanjutkan apa tidak. Saya tetap memerlukanNya dan Ialah
yang hadir untuk menolong saya. Diam di dalamNya mengajak saya untuk lepas
bebas dan berpasrah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar