Jumat, 27 Mei 2016

Pasrah.....Just Seeing The Last Moment



           Ketika saya akhirnya sampai pada sebuah keputusan untuk melanjutkan masa depan panggilan saya. Saya berpikir dan berdoa cukup lama dalam waktu retret akhir ini. Saya bersyukur karena saya telah diberikan kesempatan dengan kebebasan, kenyamanan serta kehangatan sebuah keluarga memilih keputusan yang harus sungguh sungguh. Saya sendiri sejujurnya sempat merasa ragu dan berpikir kembali atas apa yang pilih ini. Melihat rekomendasi yang rasanya berat untuk dilewati, labelling buruk yang juga membuat malas maju. Serta realitas kehidupan imami yang bagi saya membuat saya terbuka. Saya sendiri merasa selama ini bisa bertahan hanya karena kecintaan, motivasi dan keinginan untuk membalas budi padaNya. Barangkali kalau bisa disebutkan, sudah banyak hal yang telah saya tinggalkan untukNya. Apartemen, Mobil, Warisan, Kehidupan Lama, Harta Pribadi, Sahabat bahkan Keluarga. Maka pertanyaan saya kemudian, apakah perjuangan saya ini sia-sia?
            Kalau Romo Handy Kristian, Pr sendiri berkata, “Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini”. Saya akhirnya menyetujui. 7 Tahun bukanlah waktu yang sedikit. Sudah banyak momen bahagia, sedih, perjuangan, kegembiraan, kesuksesan dan kegagalan terjadi dalam hidup saya. Semuanya harusnya bermuara pada satu hal yaitu perjuangan untuk terus melanjutkan tujuan hidup saya. Siapa yang sanggup berjalan 120 km dalam waktu 5 hari 4 malam demi sebuah ujian peregrinasi. Siapa juga yang mau mengulang 30 km dalam waktu 24 jam. Siapa yang akhirnya mau kehilangan sahabat dan dituduh meninggalkannya karena ia memutuskan keluar. Siapa yang mau berkurban demi sahabatnya sampai menggantikan tugas TOPERnya demi angkatan yang akhirnya malah ditinggal angkatan.
            Semua ini mengingatkan saya akan pengorbanan KRISTUS yang tentu lebih mulia dan luar biasa. Siapalah saya ini? Tapi minimal saya boleh mencicipi yang namanya bertindak mulia, tanpa pamrih dan hitung-hitungan. Saya sendiri saat ini tidak tahu bagaimana gambaran penilaian yang diberikan kepada saya. Bagaimana akhirnya bentuk nilai kelulusan saya ini ? karena saya sendiri hanya bisa menjalankan tugas TOPER sesuai SOP yang diberikan, yang bisa dilihat dan dilaksanakan. Maka dibalik sebuah luaran, setidaknya saya berhasil mendapatkan banyak makna dan menjadi bekal bagi saya dalam berpastoral di paroki ini. Mulai dari pembelajaran nilai ketaatan, kemurnian dan kesederhanaan. Pembinaan kepribadian, berpastoral, komunitas, kesehatan dan intelektual juga perlahan-lahan saya alami bersamaan dengan tugas ini.
            Kembali ke pokok retret, saya bersyukur karena tema anak panah ini menggugah saya untuk terus melesat. Di tengah ketidakpastian yang saya alami, setidaknya saya menjadi seorang laki-laki yang baik, yang sesuai kodrat Allah untuk melindungi dan menolong. Saya diperbolehkan untuk merasakan kasih Allah dalam setiap hal yang saya temui. Saya berhasil untuk tidak sekalipun menyakiti siapapun mereka yang dipercayakan menolong saya disini. Sebagai seorang frater saya diperbolehkan menyelamatkan kaum muda untuk kembali aktif dan cinta kepada Yesus. Saya diijinkan menyapa mereka yang mungkin merasa tersisihkan dari Gereja. Saya juga merasakan bagaimana kasih Allah hadir ketika berjumpa, mendoakan, menjenguk dan meratapi kesedihan umatNya. Ini semua adalah sesuatu yang berharga dan mengingatkan saya sebagai calon imam kelak untuk punya waktu, dekat dan ada untuk umat. Akhir refleksi ini, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada Seminari dan Paroki sebagai wakilNya yang akan memutuskan hidup panggilan saya kelak. Saya sudah berusaha dan menyediakan diri saya sepenuhNya yang tentu mungkin jauh dari harapan dan keidealan penilaian. Tapi inilah saya yang setia dan siap dibentuk sampai kapanpun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar