Selasa, 26 April 2016

KerahimanNya Membukakan Mataku



            Kerahiman Allah adalah sebuah anugerah dan rahmat yang sungguh telah mengubahku selama setahun ini. Ada banyak pertimbangan dan fakta yang membukakan mataku, bahwa aku telah diyakinkanNya untuk bertahan dalam panggilan ini. Kejadian  kemarin rupa-rupanya telah berdampak cukup berat pada seluruh gambaran panggilan serta rencanaku ke depan. Pengalaman formatio dan komitmenku selama 6 tahun ini rupanya tidak cukup kuat untuk membuatku tetap setia. Ada keinginan besar untuk menyudahi semua perjuangan ini. Apalagi melihat rekomendasi, penugasan serta label yang dikenakan padaku, membuat aku berhenti untuk berharap.
            Di dalam kesendirian yang kadang  kurasakan sebagai pembuangan, “memaksaku” untuk berdialog denganNya lebih intim. Reksa pastoral, kehidupan pastoran serta tugasku sehari hari sebagai frater paroki pun mengajakku untuk melupakan lukaku sejenak.Sehingga tak sadar telah kulalui hampir 9 bulan untuk bertahan dalam perutusan. Tidak terasa juga ternyata ada banyak pengalaman baik, indah, kaya, unik serta kenangan yang luar biasa yang malah membuatku untuk bangkit. Dari kemunduran, ketidakberdayaan hingga akhirnya “mulai dari nol” mengajakku untuk mengubah semua persepsi dan pemahaman yang baru akan makna panggilan.
            Proses ini sebenarnya tidak datang begitu saja, tapi justru karena banyak kejadian yang membuatku untuk berubah. Mulai dari pengalaman ditolak oleh pastor paroki, melihat kejanggalan hubungan relasi umat dan Gereja, banyaknya pelanggaran yang dibuat Romo Romo terutama Rayon Klaten, kunjungan orang sakit dan miskin,  kumpulan cerita mereka yang terluka dan terbuang, semangat bangkitnya OMK dan Generasi Baru, kedewasaan iman umat Wedi yang begitu menggelora dan kebutuhan pelayanan pastoral membuat saya geleng geleng namun justru bersemangat untuk tetap setia. Kemudian adanya keterbukaan serta yang rekonsiliasi saya dengan kepala paroki adalah bagian terpenting yang membuat saya merasa direngkuh seperti anak bungsu yang bertemu dengan Bapanya.
            Tentu saja kesalahan saya di masa lalu mungkin akan tetap tercetak biru di kertas. Ingatan orang lain tentang saya juga mungkin masih akan sama. Tapi penerimaan, pengampunan, pemberian kesempatan dan kepercayaan menjadi kekuatan yang tak terkira bagi saya untuk percaya diri dalam melangkah untuk melayani. Seiring waktu, motivasi serta tujuan lain mulai datang dan tumbuh menjadi masukan yang berarti untuk memperbaiki kekurangan saya. Semangat pengorbanan dan pengabdian yang dahulu bergelora dan hilang kembali hadir. Kepercayaan akan nilai persahabatan yang rusak juga perlahan hadir. Kesetiaan yang dulu saya remehkan justru semakin nyata untuk belajar rendah hati dan pasrah pada pimpinan sebagai gambaran titah Allah yang dipercayakan pada pimpinan.
            Kalau sudah begini, saya sendiri bingung melihat bagaimana seh caranya Allah bekerja pada hidup saya. Saya seperti Paulus yang diputar kesana kesini, disiksa dan dihakimi. Tapi saya malah semakin semangat untuk bertahan dan belajar. Ini semua bagi saya adalah bentuk Kerahiman Allah yang menyadarkan saya. Kesempatan yang diberikan kepada saya ini adalah cara Allah memilih saya. Maka saya tegaskan disini, keinginan saya untuk bertahan saya pasrahkan dan saya serahkan kepadaNya. Saya mau dan masih setia sampai hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar