Kerahiman Allah adalah sebuah anugerah
dan rahmat yang sungguh telah mengubahku selama setahun ini. Ada banyak
pertimbangan dan fakta yang membukakan mataku, bahwa aku telah diyakinkanNya
untuk bertahan dalam panggilan ini. Kejadian
kemarin rupa-rupanya telah berdampak cukup berat pada seluruh gambaran
panggilan serta rencanaku ke depan. Pengalaman formatio dan komitmenku selama 6
tahun ini rupanya tidak cukup kuat untuk membuatku tetap setia. Ada keinginan
besar untuk menyudahi semua perjuangan ini. Apalagi melihat rekomendasi,
penugasan serta label yang dikenakan padaku, membuat aku berhenti untuk
berharap.
Di
dalam kesendirian yang kadang kurasakan
sebagai pembuangan, “memaksaku” untuk berdialog denganNya lebih intim. Reksa
pastoral, kehidupan pastoran serta tugasku sehari hari sebagai frater paroki pun
mengajakku untuk melupakan lukaku sejenak.Sehingga tak sadar telah kulalui
hampir 9 bulan untuk bertahan dalam perutusan. Tidak terasa juga ternyata ada
banyak pengalaman baik, indah, kaya, unik serta kenangan yang luar biasa yang
malah membuatku untuk bangkit. Dari kemunduran, ketidakberdayaan hingga
akhirnya “mulai dari nol” mengajakku untuk mengubah semua persepsi dan pemahaman
yang baru akan makna panggilan.
Proses
ini sebenarnya tidak datang begitu saja, tapi justru karena banyak kejadian
yang membuatku untuk berubah. Mulai dari pengalaman ditolak oleh pastor paroki,
melihat kejanggalan hubungan relasi umat dan Gereja, banyaknya pelanggaran yang
dibuat Romo Romo terutama Rayon Klaten, kunjungan orang sakit dan miskin, kumpulan cerita mereka yang terluka dan
terbuang, semangat bangkitnya OMK dan Generasi Baru, kedewasaan iman umat Wedi
yang begitu menggelora dan kebutuhan pelayanan pastoral membuat saya geleng
geleng namun justru bersemangat untuk tetap setia. Kemudian adanya keterbukaan
serta yang rekonsiliasi saya dengan kepala paroki adalah bagian terpenting yang
membuat saya merasa direngkuh seperti anak bungsu yang bertemu dengan Bapanya.
Tentu
saja kesalahan saya di masa lalu mungkin akan tetap tercetak biru di kertas.
Ingatan orang lain tentang saya juga mungkin masih akan sama. Tapi penerimaan,
pengampunan, pemberian kesempatan dan kepercayaan menjadi kekuatan yang tak
terkira bagi saya untuk percaya diri dalam melangkah untuk melayani. Seiring
waktu, motivasi serta tujuan lain mulai datang dan tumbuh menjadi masukan yang
berarti untuk memperbaiki kekurangan saya. Semangat pengorbanan dan pengabdian
yang dahulu bergelora dan hilang kembali hadir. Kepercayaan akan nilai
persahabatan yang rusak juga perlahan hadir. Kesetiaan yang dulu saya remehkan
justru semakin nyata untuk belajar rendah hati dan pasrah pada pimpinan sebagai
gambaran titah Allah yang dipercayakan pada pimpinan.
Kalau
sudah begini, saya sendiri bingung melihat bagaimana seh caranya Allah bekerja pada hidup saya. Saya seperti Paulus yang
diputar kesana kesini, disiksa dan dihakimi. Tapi saya malah semakin semangat
untuk bertahan dan belajar. Ini semua bagi saya adalah bentuk Kerahiman Allah
yang menyadarkan saya. Kesempatan yang diberikan kepada saya ini adalah cara
Allah memilih saya. Maka saya tegaskan disini, keinginan saya untuk bertahan
saya pasrahkan dan saya serahkan kepadaNya. Saya mau dan masih setia sampai
hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar